Hidayatullah.com– Belanda melarang penggunaan nitrous oxide, dikenal masyarakat sebagai gas tawa, di tengah kekhawatiran akan bahaya kesehatan di kalangan penggunaannya, mulai Januari 2023.
Larangan itu berarti gas yang menyebabkan orang tertawa itu tidak boleh dibeli, dijual dan dimiliki.
Namun, pihak berwenang mengatakan gas itu masih dapat dipergunakan untuk keperluan medis dan industri makanan, lansir BBC Selasa (16/11/2022).
Pemerintah berharap larangan itu akan membantu mengurangi angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan zat tersebut.
Menurut pemantau keselamatan di jalan raya TeamAlert, gas tawa berperan dalam 1.800 kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh wilayah Belanda kurun tiga tahun terakhir.
“Hampir dua dalam saru hari, angka itu sangat mengejutkan kami,” kata Maartje Oosterink dari TeamAlert kepada koran AD awal bulan ini.
Nitrous oxide sangat populer di kalangan anak muda yang gemar pergi ke klub malam dan festival, dan seringkali dipakai bersamaan dengan narkoba lain seperti MDMA (pil ekstasi) atau ketamine.
Gas itu umumnya dijual dalam kaleng kecil, yang dimasukkan ke dalam balon sebelum dihirup.
Namun, obat jenis depresan itu berisiko menimbulkan kerusakan pada otak dan tubuh penggunanya. Mereka yang sering menggunakan nitrous oxide dapat mengalami defisiensi vitamin yang dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dan kelumpuhan berkepanjangan.
“Penggunaan nitrous oxide menimbulkan risiko kesehatan yang sangat besar,” kata Menteri Kesehatan, Kesejahteraan dan Olahraga Maarten van Ooijen saat mengumumkan keputusan pemerintah tersebut.
Menteri Kehakiman Dilan Yeşilgöz mengatakan larangan itu akan memungkinkan polisi segera bertindak jika mereka menemukan kaleng berisi nitrous oxide di dalam kendaraan seseorang.
Nitrous oxide kerap digunakan dalam tabung besar sebagai obat bius yang dihirup oleh pasien di rumah sakit dan operasi gigi.
Namun, gas itu semakin mudah diperoleh masyarakat untuk kebutuhan rekreasi karena dapat dibeli dan dijual secara legal untuk tujuan membuat krim kocok (whipped cream).
Di wilayah England, Inggris, zat itu paling sering disalahgunakan setelah kanabis alias ganja di kalangan usia 16 hingga 24 tahun.
Bulan lalu, Kementerian Dalam Negeri Inggris menyeru agar dibuat larangan penjualan langsung ke konsumen gas tersebut.*