Hidayatullah.com– Hari Rabu (26/7/2023) keluarga Sinéad O’Connor (Shuhada’ Sadaqat) mengeluarkan pernyataan singkat berisi pemberitahuan bahwa penyanyi wanita asal Irlandia itu telah wafat falam usia 56 tahun.
“Dengan sangat sedih kami mengumumkan meninggalnya Sinéad yang kami tercinta,” bunyi pernyataan itu. “Keluarga dan teman-temannya sangat terpukul dan meminta privasi pada saat yang sangat sulit ini.”
Kematian penyanyi itu terjadi 18 bulan setelah putranya yang berusia 17 tahun, Shane, meninggal setelah keluar dari rumah sakit saat dalam pengawasan risiko bunuh diri. Sinead O’Connor masih memiliki tiga anak lainnya, lansir The Guardian.
Agama dan spiritualitas senantiasa menandai hidupnya. Di punggung tangannya ada tato bertuliskan “singa Yehuda akan mematahkan setiap rantai” dan di dadanya ada tato besar bergambar Yesus. Di lehernya tertulis “segala sesuatu harus berlalu”, yang juga merupakan kutipan dari Bibel.
Pada akhir 1990-an dia ditahbiskan sebagai pendeta oleh seorang uskup dari kelompok Katolik independen dan berkata dia ingin dikenal sebagai Bunda Bernadette Mary. Pada 2018 dia masuk Islam dan mengubahnya namanya menjadi Shuhada ‘Sadaqat, tapi masih tampil di panggung dengan nama aslinya.
Dia mengalami masalah kesehatan mental dan fisik, yang dia ceritakan dalam rentetan unggahan dan wawancara di media sosial, nada bicaranya bervariasi dari murung hingga menderita.
Dilahirkan di selatan Dublin pada tahun 1966, debut album nominasi O’Connor yang mendapatkan nominasi Grammy, The Lion and the Cobra, dirilis pada 1987. Namanya melambung ke puncak ketenaran dengan menyanyikan ulang lagu Prince berjudul Nothing Compares 2 U, yang terjual jutaan kopi. Di era internet, video musik lagu tersebut ditonton lewat YouTube lebih dari 400 juta kali.
Sinéad O’Connor kemudian dikenal dengan sebagai penyanyi berwajah cantik dan berkepala plontos yang tidak segan menyuarakan pendapatnya secara lantang.
Aksinya merobek foto Paus Paulus II dalam acara televisi Saturday Night Live pada 1992 mengundang hujatan, ancaman mati dan boikot dari radio-radio. Penyanyi senior Frank Sinatra berkomentar ingin “menendang pantatnya”.
Banyak kalangan menilai aksi O’Connor itu dilakukan karena dia kesal dengan Gereja Katolik yang menutupi skandal-skandal seksual di lingkungan gereja selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2021 dia menerbitkan sebuah memoar, Rememberings, berisi pemaparan perihal penderitaannya di masa kecil akibat perlakuan buruk yang dilakukan oleh ibunya sendiri – yang meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 1985 – serta masa sekolahnya yang bermasalah, kleptomania, ketenaran sebagai seorang bintang pop, perceraian serta gangguan kesehatan mental yang dialami selama hidupnya.
Awal tahun ini Sinéad O’Connor menerima penghargaan dari RTÉ Choice Music Prize awards untuk album klasik Irlandia yang dibuatnya. Dia mendedikasikannya untuk para pengungsi di Irlandia. “Kalian sangat diterima di Irlandia… Saya sangat mencintai kalian dan berdoa untuk kebahagiaan kalian,” ujarnya.*