Fenomena Balik Islam di Filipina bagian utara membuat sebagian pihak bertanya-tanya, apa yang menyebabkan mereka tertarik masuk Islam?
Bergelimang Harta
Maria Linda Balines Tidoy lahir dari keluarga Katolik yang taat. Orangtuanya bahkan menjadi pimpinan gereja di daerah sekitar Manila.
Pada awal tahun 1980-an, Linda –panggilan akrabnya– merantau ke Uni Emirat Arab, bekerja sebagai chef di sebuah hotel bintang lima. Terakhir posisinya sebagai supervisor, jabatan tertinggi yang saat itu bisa diraih wanita asal Filipina.
Gajinya tinggi, lengkap dengan berbagai fasilitas seperti mobil, tempat tinggal, dan sebagainya. Barangkali karena ekonomi mapan, Linda jadi sering foya-foya. Misalnya suka merokok, minuman keras, dugem, pacaran, dan semacamnya.
Kehidupan Linda rasanya begitu happy. Namun ada satu hal yang membuatnya tak nyaman, yakni suara adzan.
“Sehari 5 kali suara itu berisik. Saya sering merasa terganggu, terutama ketika pagi menjelang matahari terbit,” kenangnya saat itu, sambil mengucap istighfar.
Tetapi karena memang tinggal di negeri Muslim, maka lama-lama Linda merasa terbiasa. Suara adzan itu dicuekin saja.
Rayuan Pangeran
Suatu saat Linda dipanggil oleh salah satu komisaris hotel yang juga seorang emir atau pangeran. Rupanya dia diminta untuk menjadi juru masaknya. Jadilah Linda menjadi chef di istananya.
Pernah pangeran itu bertanya, “Kamu sudah lama tinggal di sini, kenapa tidak masuk Islam?”
Enteng saja Linda menjawab, “Kenapa harus masuk Islam? Toh orang-orang Muslim sama juga denganku. Agama ini sama saja.”
Menurut Linda, teman-temannya yang Muslim juga biasa merokok, pacaran, dugem, dan minuman keras. Apalagi sering ada berita bahwa orang Islam itu banyak yang jadi teroris.
Sampai suatu hari pangeran itu membawa koper. “Kalau kamu masuk Islam, ini aku hadiahkan,” katanya sambil membuka koper yang penuh berisi uang.
Linda terperanjat, namun keyakinannya tak goyah. Dia telah nyaman dengan agamanya yang tidak melarang merokok, minuman keras, pacaran, dan dugem. Cocok dengan kesenangannya.
Rayuan Muslimah
Awal tahun 1990, Linda mudik ke Filipina. Tentu saja ia ingin unjuk diri sebagai orang sukses, apalagi membawa banyak uang dirham (mata uang Uni Emirat Arab) dan dolar Amerika.
Linda membangun rumah dan membeli mobil Mercedez Benz seri baru. Menurut pengakuannya, di masa itu masih jarang wanita menyetir mobil di jalanan Filipina. Namun Linda sudah melakukannya. Seketika ia menjadi pembicaraan orang sekampung.
Suatu hari ada seorang Muslimah berjilbab rapi mendatanginya. Dia ingin berkenalan dengan Linda yang baru pulang dari Arab.
Hari berikutnya, Muslimah itu datang lagi. Dia mengajak berbincang seperti kemarin. Linda mulai senang dengan keramahannya.
Hari berikutnya, Muslimah itu lagi-lagi datang. “Orang ini apa tidak punya kerjaan selain mendatangiku?” batin Linda. Tapi tetap diterima, sebab dia orang yang baik.
Hari berikutnya, tampak dari jendela rumah, Muslimah itu datang lagi. Linda bilang ke pembantunya, “Katakan aku tidak di rumah. Aku mau istirahat.”
Hari berikutnya, Muslimah itu datang lagi bersama beberapa temannya. Semuanya tampak baik dan ramah. Linda kembali berbincang dengan mereka.
“Linda maukah besok kami ajak jalan-jalan ke rumah teman? Ada yang juga ingin kenal denganmu,” kata Muslimah itu. Linda mengiyakan saja.
Esok harinya, mereka berombongan bersilaturahmi. Semuanya ramah, bersahabat, sopan, dan akhlaqnya baik. Tiap berjumpa saling berangkulan dan cium pipi kanan-kiri.
“Orang-orang ini baik, tidak merokok, tidak minuman keras. Berbeda dengan sebagian Muslim yang pernah kukenal,” pikir Linda.
Linda juga mendengar penjelasan tentang Islam yang rahmatan lil ‘alamin, mencerahkan, dan menenangkan. Sungguh mempesona. Ajaran Islam itu sejatinya indah.
Akhirnya Linda berkesimpulan, jika ada Muslim yang kurang baik, maka itu bukan karena agamanya, tapi karena bermasalah pada diri orannya.
Atas izin Allah SWT, akhirnya Linda mengucapkan dua kalimat syahadat. Namanya diganti menjadi Maryam. Biasa dipanggil Sister Maryam.
Menjadi Da’iyah
Tahun 1999 Maryam menuju ke Arab Saudi, menyusul suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Kali ini kepergiannya bukan untuk bekerja, tetapi ingin belajar agama.
Beberapa kolega menawarinya untuk bekerja di hotel, lengkap dengan berbagai fasilitas mewahnya. Namun Maryam menolak.
Selain rajin belajar pada masyayikh di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Maryam belajar di Maktab Ta’awuni Islamic Center Madinah. Bahkan akhirnya ia mendapat tugas mengajar dalam bahasa Tagalog. Ia juga menjadi da’iyah Word Assembly of Muslim Youth (WAMY) untuk membina para pekerja Filipina yang memang amat banyak jumlahnya.
Beberapa tahun lalu Maryam kembali ke Filipina. Kali ini tidak bawa uang, tetapi bekal dakwah. Subhanallah, ternyata teman-teman dan kolega banyak yang menitip uang untuk kegiatan dakwah. Terkumpullah uang dalam jumlah yang tidak kalah dengan dulu ketika ia masih bergelimang harta.
Langsung terpikir untuk membangun markas dakwah. Maryam ingin membina saudara-saudari Balik Islam. Ia juga kerap keliling ke berbagai tempat untuk menyebarkan buku-buku tentang Islam, membimbing syahadat, dan terus mendampingi para mualaf.
Saat ini Sister Maryam dan kawan-kawan sedang berikhtiar menyelesaikan bangunan 3 lantai untuk markas dakwah. Anda ingin membantu?
Silakan transfer ke rekening BSI 7744123458 atas nama Sahabat Al-Aqsha Yayasan, beri keterangan: Untuk mualaf Filipina. Konfirmasi ke: 085842338879 atau 081333909595. Insya’Allah berapapun dukungan Anda akan sangat bermanfaat bagi mereka.* (bersambung)