Hidayatullah.com– Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan armada bus khusus untuk mengantar jamaah haji Indonesia dari Madinah ke Makkah guna memastikan kenyamanan selama perjalanan lima jam.
Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis M. Hanafi, mengatakan pihaknya telah menyiapkan bus dengan spesifikasi khusus. “Kami menggunakan bus berusia maksimal lima tahun dengan kapasitas 42 jamaah per kendaraan,” ujarnya di Makkah, Sabtu (10/5).
Setiap bus dilengkapi fasilitas penunjang kenyamanan seperti AC berfungsi baik, toilet, kotak P3K, cooler box, dan air mineral 330 ml per jamaah. Bus juga telah dipasangi GPS untuk memantau perjalanan secara real-time melalui aplikasi.
“Kami bekerja sama dengan 12 perusahaan bus lokal Saudi. Semua unit sudah standby di hotel satu jam sebelum keberangkatan dalam kondisi bersih dan siap operasi,” jelas Muchlis.
Layanan ini bersifat inklusif dengan memperhatikan kebutuhan jamaah lansia dan disabilitas. Muchlis menegaskan tidak ada pungutan tambahan karena biaya transportasi sudah termasuk dalam BPIH.
Sebanyak 144.000 jamaah haji Indonesia akan menjalani fase pemindahan dari Madinah ke Makkah hingga dua pekan ke depan. PPIH mengimbau jamaah mematuhi jadwal dan tata tertib yang ditetapkan.*
Cuaca Eskrem, Suhu Tanah Suci Diperkirakan Capai 50 Derajat Celcius
Hidayatullah.com—Pihak berwenang Arab Saudi memperkirakan suhu saat ini di Mekah mencapai antara 45 dan 50 derajat Celcius, sehingga memicu risiko kesehatan bagi para peziarah.
“Tahun ini cuaca diperkirakan akan sangat panas dan kering. Suhu bisa mencapai lebih dari 45 derajat Celcius dan di Madinah, sejauh ini sudah mencapai 41 derajat Celcius,” kata Kementerian Haji Saudi dalam sebuah pernyataan. “Kita harus siap secara mental dan fisik,” tambahnya.
Menjelang musim haji 2025, jutaan jamaah dari seluruh dunia diperkirakan akan berkumpul di Tanah Suci dalam suasana penuh berkah, tetapi kali ini dengan tantangan kesehatan yang serius.
Pada musim haji 2024, lebih dari 1.300 jamaah dilaporkan meninggal dunia, sebagian besar karena sengatan panas dan dehidrasi.
Suhu saat itu mencapai 51,6 derajat Celcius, menjadikan tahun 2024 sebagai salah satu musim haji terpanas dalam sejarah modern.
Situasi juga diperparah dengan kehadiran jamaah tanpa izin resmi, yang terpaksa menunaikan haji dalam kondisi tidak nyaman dan tanpa fasilitas dasar.
Seorang dokter dari Pusat Penelitian Medis Internasional King Abdullah, Dr Abderrezak Bouchama, mengatakan dia yakin pihak berwenang Arab Saudi akan lebih ketat kali ini dalam menangani jamaah ilegal dan meningkatkan langkah-langkah mitigasi panas.
“Penggunaan ruang ber-AC di dekat Kuil, jalur AC di Safa dan Marwah, serta sistem pancuran kabut telah membantu, tetapi tidak cukup untuk mengatasi risiko secara keseluruhan.
“Bagi jamaah, minum air secara terus menerus menjadi kunci utama untuk menghindari sengatan panas tetapi faktanya kita juga perlu keluar dari daerah panas.”
“Pendinginan aktif seperti beristirahat di ruangan ber-AC, menggunakan payung dan membilas kepala dengan air dingin dapat menyelamatkan nyawa,” katanya.
Langkah-langkah praktis yang direkomendasikan untuk peziarah termasuk membawa botol air setiap saat dan minum secara teratur dan menghindari aktivitas berat antara pukul 11 pagi dan 3 sore.
Mereka juga disarankan untuk memakai masker wajah dan pakaian berwarna terang dan longgar dan beristirahat secara teratur di tempat teduh atau ber-AC serta menghindari makanan berat yang tinggi garam dan lemak.
Jamaah juga harus mewaspadai gejala awal sengatan panas seperti pusing atau sakit kepala hebat, mual dan muntah, kulit panas, kering dan kemerahan serta menghindari detak jantung yang cepat hingga pingsan atau pingsan.
Jika mengalami gejala tersebut, jamaah diimbau untuk segera mencari keteduhan, membasahi tubuh dengan air dingin dan segera minum air sebelum menghubungi tim medis atau relawan haji.
Jamaah juga dianjurkan untuk mengenakan alat pelindung diri seperti payung, kacamata hitam, topi atau jilbab, yang akan membantu mengurangi paparan sinar matahari.
Jamaah juga disarankan untuk menyesuaikan ibadahnya dengan kemampuan masing-masing, menghindari kepadatan dan meluangkan waktu untuk beristirahat serta mengetahui suhu saat ini dan mengatur ibadah pada waktu yang lebih aman.
“Peziarah harus memahami bahwa cuaca tidak seperti dulu. Kita perlu menyesuaikan cara kita beribadah demi keselamatan dan berkah ibadah itu sendiri,” katanya.*