Hidayatullah.com — Kasubdit Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI Najib Anwar, mengatakan, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri karena desakan materi kebutuhan perut, TKI rela meninggalkan keluarga di kampung halaman.
Meski terpisah jarak yang jauh di negeri seberang, banyak TKI yang masih konsentrasi memberikan perhatian kepada keluarganya di Indonesia. Padahal, lanjut dia, banyak juga TKI yang “nakal”, misalnya untuk masalah pemenuhan nafkah biologis.
“Ada yang masih punya perhatian kepada keluarganya, ini yang saya salut sekali,” kata Najib Anwar dalam perberbincangan dengan hidayatullah.com, Selasa, (23/11).
Najib mengungkapkan, memang desakan biologis bagi para TKI tak bisa dibantah selalu bergelora. Apalagi yang sejak lama telah berpisah dengan pasangan bagi yang sudah berkeluarga.
“Ini manusiawi, sehingga ada kekosongan keinginan,” jelasnya. Ini kemudian dinilainya bisa jadi adalah salah satu faktor terjadinya kekerasan dan pelecehan terhadap Tenaga Kerja wanita (TKW).
Khusus untuk para TKI di Arab Saudi, kata dia, sangat diperlukan adanya pendampingan psikologis. Ini mengingat, sebagaimana pengalamannya sendiri, kehidupan di sana yang dinilainya memang sangat keras. Ditambah lagi dengan kondisi alamnya yang panas memanggang.
“Alam juga ikut serta membentuk karakter (keras, red) itu,” terang dia.
Selain pendampingan psikologis, dia juga mengusulkan agar para TKI di Saudi Arabia membuat komunitas perkumpulan dan harus didukung penuh Kedutaan Besar Indonesia di sana. Dengan komunitas ini akan memudahkan para TKI untuk bisa saling sharing dan berjumpa, sebagaimana yang sudah dilakukan para TKI di Hong Kong.
Kata Najib, TKI di Hongkong relatif lebih mendapatkan posisi yang baik dan lumayan. KJRI Hongkong memiliki tiga program penyuluhan untuk TKI yaitu “welcoming”, “during stay”, dan “exit program”. Penyuluhan itu bertujuan membantu para TKI mempersiapkan diri kembali ke kampung halaman setelah selama bertahun-tahun bekerja keras dan mengumpulkan tabungan. Dia menambahkan, dengan adanya komunitas bagi para TKI di Saudi Arabia, akan menungkinkan pendampingan psikologis TKI menjadi maksimal dengan menjadwalkan berkumpul atau kongkow bersama.
“Artinya, perlu ada sentuhan agama dan kejiwaan,” pungkas Najib. [ain/hidayatullah.com]