Hidayatullah.com — Pengurus Pusat Perisada Hindu Dharma Indonesia, Yanto Jaya, mengatakan, pihaknya tidak setuju dengan artis porno datang ke Indonesia. Indonesia memang negera multikultural, namun secara moral kedatangan artis porno dunia ke Indonesia dinilainya akan membuka luka lama.
“Kita setuju pornografi dilarang. Secara moral kami sangat setuju,” katanya saat ditemui Hidayatullah.com di Jakarta, Kamis (25/11)
Dia mempertanyakan kenapa tidak pakai artis lokal saja yang lebih baik dan sesuai dengan adat istiadat ketimuran. Kehadiran artis porno dunia bermain dalam film Indonesia akan membuka luka lama. Sebab katanya, ini terkesan para bintang dan para produser yang ada di belakannya mau mengorek ngorek keputusan pemerintah terkait UU Pornografi yang sudah ditetapkan.
“Itu jelas akan memancing munculnya protes, bahkan bisa sampai tingkat anarkis yang bisa merugikan kita semua,” katanya.
Namun menurutnya, batasan pornografi juga harus dilihat secara jelas dan utuh. Definisi pornografi sendiri, kata dia, saat penggodokan UU Pornografi hingga disahkan sekarang masih banyak mengandung banyak silang pendapat.
Seperti diberitakan di beberapa media, kini beredar lagi film Indonesia yang dibintangi bintang porno Jepang Maria Ozawa alias Miyabi (24) siap tayang. Film horor berjudul “Hantu Tanah Kusir” yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai Kamis hari ini.
Dalam film baru produksi Maxima Pictures itu, akting Miyabi dikabarkan lebih berani dibanding filmnya terdahulu “Menculik Miyabi” yang diprotes masyarakat.
Anehnya, anggota tim sensor Lembaga Sensor Film (LSF) Firman Bintang menyatakan, film “Hantu Tanah Kusir” dinilainya masih dalam batas yang wajar sebagai film berkategori dewasa. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam film Indonesia sudah biasa ada hal-hal yang dibuat menjadi sensasional, baik pemain film maupun adegannya.
“Selama film itu masih wajar, ya lolos sensor. Tapi kalau soal apa yang dipotong atau bagaimana proses lainnya, itu tidak mungkin diungkapkan kepada publik. Karena itu menjadi bagian dari rahasia di ruang proses sensor film,” ujar Firman di sebuah media ibu kota, Selasa (23/1 1 ). [ain/hidayatullah.com]