Hidayatullah.com| PIC | SahabatAlAqsha.com–Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah menyatakan, “Kasus tawanan-tawanan Palestina akan tetap terus terbuka dan tidak akan ditutup sampai seluruh tawanan dibebaskan.”
Ismail Haniyah juga menyeru kepada seluruh kaum Muslimin “dari Tangiers (Maroko) sampai Jakarta untuk ikutserta dalam Intifadhah Semesta Aqsha”.
Seruan tersebut disampaikannya Sabtu kemarin (20/10) menandai kesuksesan pertukaran tawanan Wafa Al-Ahrar dua tahun lalu.
Wafa Al-Ahrar adalah pertukaran tawanan antara seorang kopral penjajah Israel Ghilad Shalit dengan 1.027 orang tawanan Palestina. Ghilad Shalit diculik dari dalam tank oleh tujuh orang pasukan khusus Brigade Izzuddin Al-Qassam dalam sebuah operasi militer yang sangat berhasil di sebuah pos militer di dekat pintu perbatasan Karim Abu Salim. Shalit lalu berhasil disembunyikan selama 5 tahun, untuk kemudian dibebaskan dengan syarat dibebaskannya lebih dari seribu tawanan Palestina itu.
Kemarin Haniyah menegaskan, bahwa pembebasan para tawanan dari seluruh penjara penjajah zionis israel adalah prioritas utama pemerintahannya.
Dia juga memberikan pujian kepada seluruh unsur perjuangan Palestina yang ikutserta membantu operasi Wafa Al-Ahrar, terutama Asy-Syahid Ahmad Ja’bari.
Haniyah juga menyatakan apresiasinya kepada Mesir yang ketika itu memainkan peran penting dalam pertukaran tawanan itu, sambil menegaskan bahwa rakyat dan pemerintah Palestina berkomitmen bagi stabilitas dan keamanan nasional Mesir.
Haniyah juga menegaskan konsistensi rakyat Palestina untuk memperjuangkan hak-hak azasinya meskipun harus mengadapi berbagai penderitaan, sekaligus menandaskan bahwa perjuangan perlawanan merupakan pilihan strategis untuk meraih hak-hak tersebut.
Perdana Menteri Palestina di Jalur Gaza juga memastikan bahwa ribuan unsur perjuangan perlawanan baik yang terbuka maupun yang di bawah tanah sedang mempersiapkan diri bagi pertempuran besar pembebasan Palestina.
Haniyah menyatakan bahwa perjuangan perlawanan berdiri tegak menghadapi semua makar terhadap rakyat Palestina dan hak-haknya.
Perdana Menteri Haniyah juga menekankan kepercayaannya yang besar kepada rakyat Arab yang telah bangkit dan angkat suara menolak kezhaliman dan mendukung Masjidil Aqsha dan pembebasan Al-Quds atau Yerusalem.
“Penghormatan dan salam kami untuk para relawan dan aktivis di seluruh dunia yang mendukung rakyat Palestina, khususnya Rachel Corrie,” katanya.
Dia juga menegaskan kembali kepercayaannya kepada gerakan perlawanan yang telah berlangsung selama lebih dari seperempat abad ini.
Perdana Menteri Palestina juga memperingatkan rencana bangsa Israel untuk membagi dua Masjidil Aqsha dengan membiarkan terus para pemukim ilegal Yahudi dan serdadunya untuk memasuki Masjidil Aqsha sebagai pendahuluan bagi proses penghancurannya.
Penjajah Israel sedang menggunakan kordinasi keamanan untuk melenyapkan perjuangan perlawanan, sedangkan perundingan yang kini berlangsung merupakan kedok penyamarannya, tambah Haniyah.
Masjidil Aqsha merupakan bagian dari iman setiap Muslim, Haniyah menambahkan, “Kejahatan-kejahatan Israel di dalam Masjidil Aqsha tidak akan memberikan hak apapun bagi mereka di dalamnya.”
Haniyah menyerukan untuk meningkatkan kehadiran sebanyak mungkin rakyat Palestina di dalam Masjidil Aqsha, sambil memuji perjuangan perlawanan rakyat dan milisi perjuangan di Tepi Barat.
Dia mengecam semua bentuk gerakan militer Israel yang menindas rakyat Palestina di Tepi Barat, kemudian menutup pidatonya dengan menegaskan, “Tidak akan pernah ada keamanan dan stabilitas di wilayah (Timur Tengah) selama Masjidil Aqsha berada di dalam bahaya (penjajahan).” *