Hidayatullah.com— Hari Selasa, 20 Oktober 2015 kemarin, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Komda FISIP UIN Jakarta menggelar kajian spesial dengan tema “Islam Liberal, Antara Kontribusi atau Distraksi”.
Kegiatan yang merupakan rangkaian acara dari peringatan Tahun Baru Islam 1437 H tersebut bertempat di Masjid FISIP UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan.
Yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut adalah Akmal Sjafril, salah seorang pendiri gerakan #IndonesiaTanpaJIL.
Kajian yang berlangsung setelah waktu ashar itu baru berakhir menjelang maghrib. Para mahasiswa begitu antusias dengan bahasan yang diangkat, terlihat dari banyaknya peserta yang berdatangan ke Masjid FISIP.
Mengawali kajian, Akmal memperlihatkan sebuah video yang sangat kontroversial dari tahun 2004. Video tersebut menampilkan penistaan terhadap Allah yang dilakukan oleh sekumpulan oknum mahasiswa. Akmal menjelaskan bahwa apa yang terlihat dalam video tersebut merupakan salah satu bentuk tindakan yang kerap kali dilakukan oleh orang-orang yang menganut paham Islam liberal. Ia juga menambahkan, selang sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 2014, terjadi pula insiden ‘tuhan membusuk’ yang tidak kalah memprihatinkannya.
Penulis buku Islam Liberal 101 ini juga memperlihatkan tindak-tanduk para tokoh Islam liberal di ranah media sosial. “Para aktivis Islam liberal yang selalu berkoar tentang’Islam ramah’, ternyata tidaklah ramah sama sekali,” ujarnya.
Banyaknya sikap kontradiktif ini pada akhirnya membuat para aktivis Islam liberal itu sendiri.
“Seringnya mereka menunjukan hal kontroversial menjadikan wacana Islam liberal ini semakin ditinggalkan, sehingga pada perkembangan terbarunya, para pengusung Islam liberal bermain dengan wacana baru, yaitu ‘Islam nusantara’,” tandas Akmal lagi.
“Kita bisa melihat, setelah belasan tahun, nama ‘Islam liberal’ sudah tidak dianggap menarik lagi, bahkan yang dulu mengusungnya pun sekaran memilih untuk ‘pindah merk’. Situs Islamlib.com pun kini sudah tidak lagi mengusung identitas JIL. Jelaslah bahwa Islam liberal adalah wacana yang sudah usang dan tidak berkontribusi apa-apa bagi umat. Ia hanya distraksi, alias pengalih perhatian untuk menyibukkan umat,” ungkapnya.
Dalam sesi diskusi yang berlangsung sangat seru, berbagai pertanyaan yang menarik dilayangkan pada narasumber. Ada, misalnya, yang bertanya tentang solusi untuk mengatasi gerakan yang bernama Islam liberal ini. Menjawab pertanyaan terakhir, pengajar di Sekolah Pemikiran Islam (SPI) tersebut mengatakan bahwa solusi realistis untuk saat ini adalah menguasai opini publik.
“Kita perlu menggalang opini yang meluruskan pemikiran Islam liberal ini. Dalam hal ini, kontribusi para mahasiswa UIN yang merasakan dahsyatnya perang pemikiran di kampusnya sehari-hari, sangat ditunggu-tunggu,” pungkas Akmal.*/Ahmad Gifari Juniatama, mahasiswa HI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta