Dalam al-Muharrar al-Wajiz makna keberkahaan , “Keberkahan sekelilingnya” meliputi 2 aspek, yaitu; syariat dan para rasul di tempat itu dan sekitarnya, lalu air, tanah di Negeri Syam
Oleh: Dr. Halimi Zuhdy
Hidayatullah.com | BEBERAPA kali penulis ditanya, apa makna yang tersembunyi dalam “Haulahu” sekelilingnya dalam Surat al-Isra’? Dalam tulisan ini, penulis hanya mengurai beberapa tafsir dan beberapa pendapat ulama terkait dengan kalimat “Barakna Haulahu”.
Dalam Al-Qur’an terjemah Kementerian Agama, kata “Barakna Haulahu” diartikan dengan diberkati sekelilingnya. Tapi, dalam beberapa tafsir dan beberapa kitab terdapat beberapa makna. Ada yang mengartikan haulahu dikembalikan kemakna asalnya, “Haula” yang bermakna kekuatan (al-Quwwah), kemampuan (al-Qudrah), kecerdikan (al-Bara’ah), dan ketajaman pikiran (al-daha’).
Allah memberkati “sekitar-nya”, adalah memberkati orang-orang yang hidup untuk Baital Maqdis, dan hatinya yang terpaut dengannya, dan yang membelanya dan yang berusaha untuk menyingkirkannya dari segala bahaya, angkara dan agresi, pendapat ini dalam Barakna Haulahu, (Jabir Quhaimah)
Tetapi secara ijma’ (konsensus, kesepakatan) ulama arti “di sekitarnya” dalam arti spasial: yaitu, sesuatu yang meliputi Masjid Al-Aqsha (Bait al-Muqaddas) baik itu beberapa tempat (amakin) atau tanah (aradhin).
Dalam Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Haul (sekeliling) menunjukkan pada sebuah tempat dekat dengan tempat yang dikenal dan disadarkan padanya (Bait al-Maqdis).
وحَوْلَ يَدُلُّ عَلى مَكانٍ قَرِيبٍ مِن مَكانِ اسْمِ ما أُضِيفَ (حَوْلَ) إلَيْهِ
Dan terkait dengan penegasan akan “keberkahan” masjid al-Aqsa dan sekitarnya, karena masjid ini mulai banyak dilupakan oleh orang Nasrani karena mereka membenci orang-orang Yahudi, dan orang-orang Arab tidak mengenal tempat ini, sedangkan orang Yahudi juga menjahui tempat yang diberkati ini.
ووَجْهُ الِاقْتِصارِ عَلى وصْفِ المَسْجِدِ الأقْصى في هَذِهِ الآيَةِ بِذِكْرِ هَذا التَّبْرِيكِ أنَّ شُهْرَةَ المَسْجِدِ الحَرامِ بِالبَرَكَةِ وبِكَوْنِهِ مَقامَ إبْراهِيمَ مَعْلُومَةٌ لِلْعَرَبِ، وأمّا المَسْجِدُ الأقْصى فَقَدْ تَناسى النّاسُ ذَلِكَ كُلَّهُ، فالعَرَبُ لا عِلْمَ لَهم بِهِ والنَّصارى عَفَّوْا أثَرَهُ مِن كَراهِيَتِهِمْ لِلْيَهُودِ، واليَهُودُ قَدِ ابْتَعَدُوا عَنْهُ، وأيِسُوا مِن عَوْدِهِ إلَيْهِمْ، فاحْتِيجَ إلى الإعْلامِ بِبَرَكَتِهِ
Sedangkan mernurut Imam al-Alusi dalam kitab Ruh al-Makni, yang dimaksud dengan “keberkahan” di sekelingnya karena tempat sebagai tempat peribadatan para nabi dan sebagai kiblat bagi mereka, dan serta karena banyaknya sungai dan pohon di sekitarnya, dan Masjid al-Aqsha sebagai salah satu dari tiga masjid yang paling banyak dikunjungi.
Dan dari beberapa keterangan, “keberkahan” itu meluas dari Al-Arish ke Efrat.
والبَرَكَةُ حَوْلَهُ مِن جِهَتَيْنِ: إحْداهُما النُبُوَّةُ والشَرائِعُ والرُسُلُ الَّذِينَ كانُوا في ذَلِكَ القُطْرِ وفي نَواحِيهِ ونَوادِيهِ، والأُخْرى النِعَمُ مِنَ الأشْجارِ والمِياهِ والأرْضِ المُفِيدَةِ الَّتِي خَصَّ اللهُ الشامَ بِها، ورُوِيَ عَنِ النَبِيِّ صَلِيَ اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أنَّهُ قالَ: « “إنَّ اللهَ بارَكَ فِيما بَيْنُ العَرِيشِ إلى الفُراتِ، وخَصَّ فِلَسْطِينَ بِالتَقْدِيسِ”.
Dalam al-Muharrar al-Wajiz, “Keberkahan sekelilingnya” dapat dilihat dari dua aspek, yaitu; 1) kenabiaan, syariat dan para rasul berada di tempat tersebut serta sekitarnya. 2) berbagai macam pepohonan. Air, tanah yang memberikan manfaat, khususnya di Negeri Syam.
Dan masih banyak pendapat lainnya, terkait dengan makna “Haulahu” sekitarnya. Kajian-kajian Al-Qur’an, mukjizat Al-Quran, balaghah, sastra Arab, turast Islamiyah, keagamaan, kajian bahasa dan asal Muasal Bahasa, dan lainnya.*
Dosen Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang)