Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi
MUNDURNYA Paus Benediktus XVI dari kursi kepausan begitu menggemparkan dunia. Menggemparkan bukan saja karena dia merupakan pemimpin puncak Kristen Katolik dunia, tetapi juga merupakan sejarah dalam gereja. Paus Benediktus XVI adalah orang pertama dari sekian banyak Paus yang mengundurkan diri dari jabatannya.
Lebih menarik, ternyata mundurnya Paus berkaitan dengan doktrin selibat (celibacy) yang sudah berurat-berakar dalam tubuh gereja.
Seperti yang diberitakan oleh The Guardian (Jum’at, 22/2/2013) Paus Benediktus XVI telah memberikan izin kepada mantan pendeta Anglikan untuk menikah tahun 2011 yang lalu. (https://hidayatullah.com/read/27398/23/02/2013/pemimpin-katolik-inggris-usul-pastor-diizinkan-menikah.html). [baca: Pemimpin Katolik Inggris Usul Pastor Diizinkan Menikah]
Karena memang selama ini para pastor dilarang menikah dan memiliki keturunan. Padahal, dalam pandangan manusia normal dan mengaku fitrah kehidupan untuk berumah-tangga, doktrin ini jelas tidak normal. Itu sebabnya sejak lama sudah banyak para pastor dan kardinal yang protes terhadap doktrin tua gereja ini.
Harus diakui bahwa larangan kawin bagi para pastor menyebabkan terjadinya kerusakan moral dalam tubuh gereja sendiri. Perkawinan gay akhirnya terjadi dimana-mana. Meskipun sejatinya hal itu menunjukkan betapa bejatnya moral para petinggi agama Kristen akibat doktrin celibacy itu.
Oleh karena itu, Kardinal Keith O’Brien, pemimpin Katolik paling senior di Inggris menyarankan agar pemimpin Katolik diizinkan menikah dan memiliki anak. Kata Kardinal anti-gay ini, “…many priests have found it very difficult to cope with celibacy.” Lebih dari itu dia juga menegaskan bahwa sulitnya hidup dengan selibat itu karena is obviously not of divine of origin.” (Lihat, http://www.newser.com/story/163359/top-cardinal-next-pope-should-let-priests-get-married.html, 23/02/2013).
Dengan bahasa yang sangat provokatif, kepada BBC Scotland, Ketih O’Brien menyatakan, “the celibacy of the clergy, whether priests should marry — Jesus didn’t say that.” (Lihat, http://www.deseretnews.com/article/765623208/British-cardinal-says-married-Catholic-priests-a-possibility.html, 22/02/2013).
Hidup selibat memang bukan berasal dari Tuhan. Dalam bahasa Islam adalah bid’ah. Allah memang sangat mengecam beberapa doktrin dalam dalam tubuh gereja, salah satunya adalah doktrin celibacy ini.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman dengan tegas,
الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاء رِضْوَانِ اللَّ
“…Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tidak beristri dan tidak bersuami, mengurung diri dalam biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah,…” (QS. al-Hadīd (57): 27).
Doktrin ini jelas merupakan bentuk kerahiban yang dianggap melanggar fitrah manusia yang memang diciptakan harus berpasang-pasangan.
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS: Yasin (36): 36).
Nabi suci, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam dalam satu sabdanya yang disampaikan oleh Anas ibn Malik menyatakan, “Janganlah kalian mempersulit diri, sehingga Allah mempersulit (hidup) kalian. Sungguh, satu kaum yang mempersulit diri mereka, Allah akan mempersulitnya. Sisa-sisanya dapat kalian temukan di gereja-gereja dan sinagog-sinagog berupa ‘kerahiban’ yang mereka buat-buat sendiri yang tidak pernah kami ajarakan.” (HR. Abu Dawud).
Sebagai agama fitrah, Islam memang sudah mengingatkan dan mengkritik ajaran-ajaran yang tidak benar dan menyalahi fitrah manusia seperti celibacy itu.
Sebagai agama yang rahmatan li al-‘alamin (Qs. al-Anbiyā’ (21): 107), ajaran Islam selalu up to date dalam memberikan jawaban dan solusi bagi problematika hidup manusia.
Belajar dari kasus mundurnya Paus dan protes kardinal terhadap doktrin selibat, semakin meyakinkan dan menyadarkan mata dunia bahwa Islam memang agama yang benar (QS. Al ‘Imrān (3): 19). Maka siapa saja yang mencari-cari agama selain Islam, sesungguhnya dia tengah tertipu dan di akhirat kelak dia akan merugi (QS. 3: 85). Wallāhu a’lam bi al-ṣawāb!
Penulis adalah guru ngaji di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara dan penulis buku “Membongkar Kedok Liberalisme di Indonesia” (2012).