Oleh: Lilia Syarif
KETIKA media dikuasai oleh suatu pihak maka pihak tersebutlah yang mensitir bagaimana konten media akan dibuat berdasarkan kepentingan dan agenda mereka sendiri.
Adalah naïf bila kita beranggapan bahwa media akan selalu jujur, adil dan berintegritas. Sesungguhnya kita perlu memikirkan dan menyaring apa yang disampaikan oleh media dan bila perlu dari awal kita tetapkan hanya memilih media yang sejalan dengan visi, agama dan cara hidup kita. Bukan hanya dalam memilih teman kita harus hati-hati tetapi kita juga harus cermat mengkonsumsi informasi dan berita yang disodorkan kepada kita secara massif dan kontinyu.
Pada saat ini kita sudah memasuki era dimana rasa malu sudah hilang dan orang dengan terus terang berdusta, memanipulasi, menggunjing, memfitnah, membunuh karakter, mengadu domba, dll untuk kemenangan golongannya dan terkadang hanya untuk menaikkan status rating.
Pesan Nabi Muhammad Shallallahu ‘ Alaihi Wassallam terasa semakin aktual bahwa kita harus menyaring dan memeriksa setiap khabar yang kita terima dari suatu pihak agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa dan penyesalan.
Media massa sekarang ini adalah senjata utama dalam perang ide dan pemikiran dan alat tipu daya paling efektif untuk mengelabui massa atau menciptakan atmosfir yang dikehendaki.
Bahkan banyak berita yang tampaknya saintifik tetapi sebenarnya sangat menyimpang dan sama sekali tidak akurat.
Dan salah satu gaya media massa yang perlu dicermati adalah penyampaian berita hanya dari satu sisi (angle) dengan menutupi sisi atau indikator lain sehingga orang-orang naïf akan terkecoh dibuatnya.
Berikut saya berikan satu contoh aktual dimana ada suatu artikel yang menyampaikan bahwa semua negara maju di dunia adalah negara Barat atau negara non-muslim dengan menafikan seolah-olah semua kemajuan yang dibangun negara-negara muslim tidak ada artinya.
Padahal kalau kita mau melirik sejarah sebentar kita akan tahu bahwa semua negara Barat yang katanya maju dan modern kebanyakan adalah negara imperialis, penjajah, perampok, pelaku perbudakan, penjahat perang dan pedagang licik yang merasa bangga menzalimi negara-negara lemah dan bahkan tidak segan menzalimi penduduknya sendiri.
Adalah sangat menyedihkan bila kemajuan diukur dengan angka nominal uang, bila angka itu hanya dikuasai oleh 2 atau 3 persen dari jumlah penduduk.
Adalah sangat menyedihkan bila kemajuan diukur dengan tampilan fisik sekilas, sembari menyembunyikan data yang tidak bisa dilihat langsung.
Bila kita mau menilik sedikit tentang klaim negara-negara yang katanya maju dan modern maka coba kita telaah melalui indikator terselubung berikut ini:
- Berapa banyak jumlah total obat penenang yang dikonsumsi rakyatnya per tahun?
- Berapa banyak jumlah total alkohol yang dikonsumsi rakyatnya per tahun?
- Berapa banyak jumlah total orang yang masuk ke rumah sakit per tahun?
- Berapa banyak jumlah total perceraian dan masalah kekerasan rumah tangga yang terjadi per tahun?
- Berapa banyak jumlah total kejahatan yang terjadi per tahun, dan berapa banyak populasi penjaranya?
- Berapa banyak jumlah pengangguran dan tuna wisma?
- Berapa banyak jumlah hutang masyarakat kepada bank?
- Berapa banyak jumlah angka bunuh diri?
- Berapa banyak jumlah murid yang putus sekolah?
- Berapa banyak kejahatan kerah putih dan kerah biru yang terjadi?
Dan masih banyak lagi indikator terselubung yang bila dipaparkan akan malulah sebuah negara mengklaim kesuksesannya.
Kita sebagai konsumen berita juga jangan mau menelan info bulat-bulat tanpa memikirkan “big picture” bahwa dunia ini tempatnya tipu daya dan permainan.
Mulai dari sekarang mari kita cermati berita dengan lebih arif dan cermat. Wallahu a’lam.*
Penulis peminat masalah sosial