Mungkin, bagi kedua muslim tadi, cara seperti di atas terkesan sangat janggal, bahkan beresiko kontraproduktif bagi terealisasinya tekad si pendeta. Bahkan, apabila cermatan lebih mendalam difokuskan pada (1) uraian tentang strategi dakwah, digandengkan dengan (2) substansi ceramah “pelintiran” si pendeta di gereja Burwood, dan (3) cita-citanya untuk mencapai toleransi antar ummat beragama, terlihat gamblang bahwa ketidakkonsistenan justru tercecer di sana-sini.
Pengalaman seseorang yang mengaku telah melakukan konversi agama memang sering mengandung daya tarik luar biasa. Dan kabar tentang hal inilah yang menjadikan ruangan di sebuah gereja di kawasan Burwood – Melbourne tetap tampak begitu meriah, kendati ekspresi pilu masih sesekali terpancar dari wajah para jamaah manakala sang pendeta mengingatkan bahwa bisa jadi kebaktian itu adalah tatap muka mereka yang terakhir. Tak pelak, kebaktian itu menjadi momen getir bagi warga Kristiani, karena kisah sang pendeta yang mencitrakan keselamatan anak manusia justru kontras dengan status rumah Tuhan itu yang telah laku terjual.
Tulisan ini tidak difokuskan pada penyampaian uang ayat-ayat pelintiran dan ciptaan sang pendeta. Sebaliknya, artikel ini ingin menggambarkan bahwa akal yang jernih dan hati yang tenang telah membentuk energi utama bagi berlangsungnya pertukaran pikiran, bahkan pertukaran perasaan, antara tuan rumah dan tamu yang mereka undang. Pendeta, selaku representasi penggembala warga Kristen, tidak terlalu tinggi hati untuk melakukan instropeksi. Begitu pula dengan kedua pemuda muslim itu, mewakili manusia yang tengah mencari jalan lurus penuh hidayah, tidak terlalu rendah diri untuk berhadapan dengan seorang pemimpin. Esensi yang terpancar dari peristiwa ini adalah urgensi tentang pentingnya langkah merevisi nuansa kepongahan yang – tak pelak – masih sering mewarnai dialog antar ummat beragama, dan menggantinya dengan kesudian untuk menyimak buah pikiran dan bunga perasaan tentang kebenaran yang disampaikan oleh pihak lain.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Indah. Jauh lebih indah ketimbang bunga-bunga yang mulai bermekaran di awal musim semi di Victoria. Dengan desah “Alhamdulillah” di bibir kedua muslim itu dan ucapan “Puji Tuhan” di mulut salah seorang panitia di pintu gereja, mereka pun berpisah dengan harapan dapat bertemu kembali.
Wallaahu a’lam.