Oleh: Setta SS
Seorang tentara di Port Dix, Amerika Serikat, pada 5 Pebruari 1976, yang menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokan harinya. Dokter menyatakan, kematiannya disebabkan oleh virus Influensa A (H1N1).
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala H1N1 antara lain ditandai dengan demam, batuk, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, lemah lesu, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian.
Sebuah sumber mengatakan, influensa A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda, yang pernah bersentuhan dengan penderita. Karena itu, penyebarannya sangat cepat. Namun demikian, angka kematiannya rendah, sekitar 0,4 persen.
Berdasarkan data terakhir, sejak pertama kali dilaporkan menimpa seorang bayi perempuan berumur enam bulan asal San Luis Potosi, Meksiko, pada 24 Pebruari 2009 lalu, virus H1N1 kini sudah menyebar hampir ke setiap negara di berbagai belahan dunia dengan korban jiwa lebih dari 700 orang meninggal dunia. Termasuk di negeri kita tercinta, Indonesia, yang sudah mencapai 444 kasus (29/7/2009).
Fakta Unta
Unta (bahasa lainnya camelus) lebih banyak dikenal orang hanya sebagai spesies hewan gurun berkuku genap dan berpunuk satu (camelus dromedarius) atau berpunuk dua (camelus bactrianus), yang biasa ditemukan di Jazirah Arab, Asia Tengah, dan sebagian wilayah gurun di Afrika Utara sebagai sarana transportasi tradisional dan hewan pengangkut. Tidak banyak yang tahu bahwa hewan yang mempunyai rata-rata harapan hidup berkisar antara 30 hingga 50 tahun ini merupakan salah satu penghasil susu dengan kualitas nutrisi lebih baik dari susu sapi. Selain tentu saja sumber daging yang halal dikonsumsi.
Bahkan kini sudah dapat dinikmati secara luas produk coklat yang terbuat dari susu unta. Sebuah terobosan yang dilakukan oleh perusahaan Al-Nassma milik Syeikh Muhammad bin Rasyid Al-Maktum yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab, bekerja sama dengan Austria Chocolatier Manner, sudah mulai memasarkan produk coklat susu unta mereka ke pasaran dunia untuk pertama kalinya.
Perusahaan Al-Nassma telah menyiapkan 3000 unta yang dimiliki di sebuah peternakan di Dubai supaya mampu memproduksi sekitar 100 ton coklat susu unta premium setiap tahunnya. Semua coklat yang dihasilkan tanpa bahan-bahan kimia tambahan, tetapi dengan campuran rempah-rempah lokal yang terkenal, seperti kacang-kacangan dan madu.
Susu unta dipercaya lebih sehat dan bergizi daripada susu sapi, mengandung lima kali lebih banyak vitamin C, sedikit lemak, sedikit gula, dan lebih banyak insulin, sehingga menjadikan coklat susu unta sebagai pilihan yang tepat bagi penderita diabetes dan orang yang harus mengkonsumsi gula sedikit.
Air seni unta juga terbukti secara ilmiah manjur untuk mengobati kanker. Setelah melewatkan waktu lebih dari lima tahun penelitian di laboratorium, Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid, ilmuwan Saudi staf pengajar di King Abdul Aziz University dan Presiden Tissues Culture Unit di Pusat Penelitian Medis King Fahd itu menemukan bahwa partikel nano dalam air seni hewan unta dapat melawan sel kanker dengan baik. Efektivitas air seni unta untuk melawan sel kanker sudah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh International Cancer Institute.
Penelitian itu menghasilkan mendali emas bagi tim peneliti atas inovasinya, yang diberikan oleh Kerajaan Saudi pada tahun 2008. Dan obatnya terpilih sebagai salah satu dari enam inovasi terbaik, dari total 600 inovasi yang diajukan dalam International Innovation and Technology Exhibition (ITEX) 2009 yang diselenggarakan di Malaysia pada bulan Mei.
“Pengobatan ini bukan sebuah penemuan baru, melainkan diambil dari warisan peninggalan Nabi kita,” kata Dr. Khorshid, mengacu pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Diceritakan oleh Abi Qilaba dari Anas r.a., “Ada sekelompok orang ‘Ukl atau ‘Urainah mendatangi Madinah, namun cuaca Madinah tidak cocok untuk mereka. Nabi SAW menyuruh mereka pergi ke kandang unta dan meminum susu dan air seninya. Lalu mereka melakukan sebagaimana yang diperintahkan dan mereka menjadi sehat.” (Hadis No.235, Kitabul Wudlu, Shahih Bukhari). [“Air Seni Unta Manjur Obati Kanker”, hidayatullah.com, 16 Juli 2009].
“Dan lebih dari itu, satu hal yang pasti sampai detik ini saya belum pernah mendengar istilah virus flu unta, yaitu penyakit flu yang disebabkan oleh virus unta,” kata Dr Khorshid.
Fakta Seputar Babi
Babi atau celeng (dalam bahasa Jawa) adalah hewan bermancung panjang, berhidung leper, dan termasuk kelompok omnivora (memakan semua jenis makanan, baik daging maupun tumbuh-tumbuhan).
Dalam Al-Qur’an, babi hukumnya najis (najis mughaladhah, najis berat) jika disentuh dan haram untuk dimakan oleh umat Islam. Babi juga diharamkan untuk dikonsumsi dalam agama Yahudi dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di kalangan Kristen.
Babi banyak dikonsumsi orang Eropa dan Tionghoa. Beberapa suku bangsa di Indonesia selain suku Tionghoa-Indonesia, juga suka mengkonsumsi babi, yaitu suku Bali, Batak, dan Manado (Wikipedia).
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. (Q.S. Al-Maa-idah [5] : 3)
Fakta-fakta di lapangan tentang babi menjadi alasan empiris sekaligus ilmiah yang menguatkan penegasan Al-Qur’an akan keharamannya, seperti yang diabadikan dalam beberapa ayatnya, salah satunya pada ayat di atas.
Ilmu kedokteran pun telah membuktikan bahwa babi adalah inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya. Sistem biokimia babi hanya mengeluarkan 2% dari seluruh uric acid (asam urat, C5H4N4O3) dari dalam tubuhnya. Bertolak belakang dengan sistem metabolisme dalam tubuh manusia yang mengeluarkan 98% kandungan asam uratnya melalui air seni.
Asam urat adalah sampah dalam darah yang terbentuk akibat metabolisme tubuh yang tidak sempurna dan bersifat racun.
Dr. Murad Hoffman, seorang pengarah klinik laboratorium mikrobiologi di Boston Medical Center, Massachusetts, yang juga seorang asisten professor di Pathology and Laboratory Medicine, Boston University School of Medicine, menyatakan terdapat lebih dari 25 penyakit yang bisa dijangkiti dari babi, di antaranya anthrax, influensa, leptospirosis, rabies, dan salmonellosis.
Babi adalah binatang yang paling jorok, sangat suka berada di tempat yang kotor, suka memakan kotorannya sendiri, tidak tahan terhadap sinar matahari, pemalas, tidak gesit, dan paling rakus di antara hewan jinak lainnya. Babi juga suka dengan sejenis dan tidak pencemburu (A.V. Nalbandov dan N.V. Nalbandov, dalam buku Adaptive Physiology on Mammals and Birds).
Penelitian ilmiah di China dan Swedia menyimpulkan bahwa daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan colon (usus besar). Persentase penderita kedua penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi meningkat drastis, terutama di negara-negara Eropa, Amerika, Cina, dan India. Sementara di negara-negara Islam persentasenya sangat rendah, hanya 1/1000 orang. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Konferensi Tahunan Sedunia tentang Penyakit Alat Pencernaan di Sao Paulo, Brasil, 1986.
Islam mengajarkan pada umatnya tentang tata cara penyembelihan hewan yang halal dikonsumsi. Yaitu diawali dengan menyebut nama Allah Yang Mahakuasa dan kemudian membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, dan membiarkan urat-urat dan organ lainnya utuh. Cara ini akan mengakibatkan kematian hewan secara perlahan karena terputusnya sirkulasi darah dalam tubuh.
Bukan dengan cara mencederai organ vital hewan, seperti dengan cara menusuk bagian jantung, hati, atau dengan memukul bagian kepalanya. Sebab dengan mencederai organ-organ vital tersebut, hewan akan meninggal seketika dan darahnya akan mengumpul dalam urat-uratnya, yang pada akhirnya mencemari daging. Daging hewan akan tercemar oleh asam urat sehingga mengandung racun.
Pada titik inilah para ahli makanan baru menyadari betapa sempurnanya tuntunan ajaran Islam.
Tahukah Anda, bahwa babi tidak punya leher dan karenanya otomatis tidak bisa disembelih di bagian lehernya? Tentu tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Allah Swt. mendesain fisik babi tidak berleher dan Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan pada umatnya untuk menyembelih hewan di lehernya. Mahabenar Allah yang telah mengharamkan babi bagi umat Muhammad SAW dan menunjukkan bukti-bukti ilmiah kebenarannya dengan cara-Nya sendiri yang sangat elegan.
***
Menurut The Spoof, situs yang memparodikan berita-berita utama media internasional, seorang ilmuwan Paris berkata, “We should do like Moslem do. Not eat pigs. Then swine flu virus would disappear.” Kita harus seperti orang Islam. Tidak makan babi. Dengan begitu, flu babi akan lenyap (dengan sendirinya).
Demikianlah, kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 2)
Maka, adakah yang mau mengambil pelajaran darinya? Allahu a’lam bish-shawaab.
Penulis adalah mantan Pemimpin redaksi medi@com dan penulis buku “Antologi Cerpen Lihatkan Bintang untukku”