Oleh: Muhammad Yusran Hadi
MENDENGAR dan membaca berita mengenai Muslim Rohingya Myanmar sangat menyedihkan dan memprihatikan kita. Bagaimana tidak, saudara-saudara kita Muslim Rohingya mengalami penderitaan yang luar biasa.
Ribuan umat Islam Rohingya dibunuh dan dibantai dengan sadis dan biadab oleh militer dan sipil Budha Myanmar. Mereka kehilangan keluarga, harta, dan rumah, bahkan nyawa mereka terancam dibunuh. Keluarga mereka dibunuh. Harta mereka dirampas. Rumah dan desa mereka dibakar. Kehormatan Muslimah mereka dilecehkannya. Muslimah mereka diperkosa sampai mati di depan ayah, suami dan saudaranya.
Ratusan ribu Muslim Rohingya harus mengungsi meninggalkan rumah dan tanah airnya demi menyelamatkan diri dari pembunuhan dan pembantaian yang dilakukan oleh pemerintah dan sipil Budha Myanmar. Mereka kekurangan makanan, pakaian, selimut dan obat-obatan. Mereka terpaksa mengungsi ke Bangladesh, Malaysia, Indonesia, sampai ke Arab Saudi untuk menyelamatkan diri. Mereka tidak diakui kewarganegaraannya di negaranya sendiri.
Padahal, mereka hidup di negara sendiri dulunya dikenal dengan “Kerajaan Islam Arakan” yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu yaitu sejak abad VIII. Lalu Budha Burma menjajah mereka mulai tahun 1784 sampai hari ini. Mereka ditindas, dizhalimi dan diusir dari negaranya.
Baca: Militer Myanmar Lakukan Pemerkosaan terhadap Wanita Rohingya
Dunia hanya bisa diam menyaksikan aksi pembantaian dan pengusiran umat Islam Rohingya oleh rezim Budha Myanmar. Negara-negara Barat dan organisasi-organisasi yang mengklaim dirinya sebagai pembela HAM pun diam. Jelas, karena korban tersebut adalah umat Islam. Mereka pasti bertindak jika korbannya bukan umat Islam. Dunia sebatas mengecam tindakan biadab pemerintah Myanmar, tanpa ada tindakan untuk menghentikan pembantaian dan pengusiran tersebut, baik dengan militer, pemutusan diplomatik maupun sanksi ekonomi terhadap Myanmar.
Itu sebabnya militer dan sipil Budha radikal Myanmar berani melakukan pembantaian terhadap umat Islam Rohingya. Padahal, aksi pembunuhan dan pembantaian serta pengusiran terhadap Muslim Rohingya jelas melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan aturan Internasional. Bahkan perbuatan biadab itu di luar batas kemanusian. Aksi pembantaian tersebut telah berlangsung sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu sampai hari ini. Hanya saja saat ini tragedi kemanusiaan di Rohingya ini mulai terbuka dan mendunia.
Kewajiban Solidaritas Islam
Sebagai Muslim, kita patut merasakan penderitaan umat Islam Rohingya. Mereka itu adalah saudara-saudara kita seagama dan seiman. Islam mewajibkan kita untuk bersolidaritas terhadap Muslim yang menderita, terzalimi dan tertindas. Sikap solidaritas ini merupakan bukti kualitas iman kita dan wujud ukhuwah islamiah yang diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya.
Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara…” (Al-Hujurat: 10). Begitu pula Rasul Saw menegaskan bahwa umat Islam itu bersaudara dengan sabda beliau: “Seorang Muslim itu bersaudara dengan Muslim yang lainnya..”. (HR. Bukhari, Muslim dan at-Tirmizi).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menggambarkan umat Islam seperti sebuah bangunan yang wajib saling menguatkan satu sama lainnya, sebagaimana sabda beliau: “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Menguatkan satu sama lain berarti saling membantu sesama Muslim dan saling membela saudaranya Muslim yang tertindas dan terdzalimi.
Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga menggambarkan umat Islam layaknya satu tubuh sesuai sabda beliau: “Sungguh seorang mukmin bagi mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang mukmin akan merasakan sakitnya mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala”. (HR. Ahmad). Rasul Saw bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Seperti itulah seharusnya persaudaraan umat Islam. Ukhuwah islamiah itu harus lebih diutamakan di atas persaudaraan ikatan lainnya, termasuk ikatan keluarga dan nasionalisme. Semua umat Islam di seluruh dunia harus merasa layaknya satu tubuh. Penderitaan yang menimpa sebahagian kaum Muslimin di suatu tempat, harus juga dirasakan oleh seluruh umat Islam lainnya. Semua itu tidak lain karena dorongan iman mereka. Persaudaraan mereka adalah persaudaraan karena iman. Ini menunjukkan kualitas keimanan seseorang.
Lebih jauh lagi, Islam memerintahkan umatnya untuk menolong saudaranya Muslim yang tertindas dan terzhalimi. Allah berfirman: “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan agama) maka kalian wajib memberikan pertolongan”. (Al-Anfal: 72). Rasul Saw bersabda: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim dan yang terzhalimi.” Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, saya akan menolongnya jika dia terzhalimi. Tapi bagaimana pendapatmu jika dia berbuat zhalim, bagaimana saya menolongnya? Rasulullah Saw bersabda: “Kamu cegah dia dari perbuatan zhalim maka kamu telah menolongnya.” (HR. al-Bukhari)
Islam memerintahkan umatnya membantu meringankan penderitaan saudaranya Muslim. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (Ali ‘Imran” 92). Rasul Saw bersabda: “Seorang Muslim itu bersaudara dengan Muslim yang lainnya; Ia tidak boleh menzhalimi saudara, dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan barangsiapa yang melapangkan dari seorang Muslim suatu kesulitan maka Allah akan melapangkan darinya suatu kesulitan dari kesulitan-kesuliltan pada hari Kiamat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda: “Allah akan menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengaitkan keimanan dengan ukhuwah Islamiah dan solidaritas Islam. Nabi Saw bersabda: “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang di antara kalian sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang tidak mementingkan (tidak peduli) dengan urusan kaum Muslimin maka dia tidak termasuk golonganku.”. Inilah ancaman bagi orang yang tidak berukhuwah Islamiah dan tidak bersolidaritas terhadap umat Islam yang menderita.*>>> klik (Bersambung)