sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Ilham Kadir
Di saat yang sama–tulis Tuan Guru–sebelum kematiannya, Raja Persia telah memerintahkan gubernur Yaman sebagai tanah jajahannya, agar mengirim polisi ke Madinah untuk menangkap Nabi Muhammad, menurut Raja Penyembah api itu, Nabi telah menjadi sumber masalah dan kekacauan di Yaman, rakyat banyak membangkang gara-gara tertarik dan menjadi pengikut Rasulullah.
Ketika dua polisi utusan Gubernur Yaman tiba di Madinah untuk menangkap Nabi atas perintah Raja Persia, justru Nabi memberitahu mereka berdua, bahwa tidak ada gunanya melakukan titah sang raja, sebab raja mereka sudah pun mati tepat pada hari ini.
Sekembalinya ke Yaman, dua polisi tersebut justru membawa kabar dari Nabi bahwa raja mereka di Persia telah pun mati dan tidak ada gunanya menjalankan perintahnya, kabar kematian sang raja ternyata justru datang dari Nabi, gubernur heran, lalu mereka pun berpikir untuk mengubah kayakinan dan peta politik, (Nik Abdul Aziz Nik Mat, 2004: 431-432).
Dalam hal ibadah, ketakwaan, dan zuhud, Tuan Guru adalah contoh utama ulama saat ini. Pernah, ketika ia di hotel, sahabatnya meminta agar beliau tidur di atas kasur empuk (springbad), ia malah menjawab, Saya lebih baik tidur di atas sajadah ini, agar dapat dengan mudah bangun menunaikan salat tahajjud, tidur di tempat yang empuk akan mempersusah kita bangun beribadah.
Beliau hidup dalam kesederhanaan, mengenakan baju jubah dan sorban di kepala. Rumahnya pun hanya rumah kayu kampung tidak berpagar dan tidak pula dijaga polisi atau Satpol sebagaimana kepala daerah di Indonesia. Kerap dijumpai salat dalam keadaan gelap di kantornya, sebab lampu dipadamkan karena itu milik negara, sementara salat adalah urusan pribadi. Dan uniknya, siapa pun boleh bertemu dengannya. Orang-orang India dan China di Kelantan sangat cinta pada Tuan Guru.
Hal itu terwujud karena kesederhanaan dan contoh kongkrit yang ia berikan kepada rakyat. Padahal, kalau kita mau jujur, Kelantan adalah negara bagian yang paling terbelakang pembangunannya di Malaysia, sebab pemerintah pusat tidak sudi memberi bantuan pada negari yang dipimpin Tuan Guru yang berasal dari partai opisisi. Pada tahun 2009, menurut The Malaysian Insider Tuan Guru rahimahullah ditempatkan sebagai 50 tokoh Islam paling berpengaruh di dunia dan terdaftar dalam buku, “The 50 Most Influential Muslims”.
Kisah inspiratif di atas telah menjadi contoh nyata bahwa politik tidak semestinya dianggap kotor dan bernajis. Dan dunia ini, bukanlan seonggok bangkai sebagaimana paham sebagian kaum sufi, melainkan, mazra’atul-akhirah, tempat bercocok tanam agar dipetik di akhirat kelak, dan politik adalah tanaman terbaik, karenanya dapat dijadikan sebagai investasi dakwah sebagaimana dicontohkan Tuan Guru. Beliau hidup sederhana walaupun mampu hidup mewah. Bahkan, menjadikan politik sebagai media menebar ilmu, hikmah, dan kabajikan.
Saya tutup tulisan ini dengan mengutip perkataan Tuan Guru; “Kalau kita menanam lada, 40 hari akan dapat hasil, lansung bisa dijual, menanam terung, dua-tiga bulan dapat hasilnya, tapi keuntungan tidak besar karena itu hanya proyek kecil-kecilan. Jika proyek yang lebih besar seperti menanam karet, bukan 40 hari tetapi memakan waktu tahunan. Semakin besar sebuah proyek, semakin besar untungnya.”
Begitu pula pahala yang merupakan proyek paling besar, untungnya sangat besar, jadi sesuailah dengan menunggu begitu lama, yaitu setelah kematian baru dituai hasilnya. Wallahu A’lam!
Penulis alumni terbaik Fakultas Tafsir Arabic-Islamic College of Al-Ihsaniyah, 2005, Penang-Malaysia