Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Masdar Helmi
Keempat, ada gubernur non Muslim dalam sejarah Islam?
Saudara mencontohkan, Pendeta John pernah diangkat oleh menjadi bendahara pada masa Khilafah Mua’wiyah. Begitu juga pada masa kekhilafahan lainnya.
Jawaban saya:
Saudara mengatakan bahwa pendeta Jhon diangkat menjadi bendahara. Itu artinya urusan keuangan saja kan? Bukan gubernur. Berarti TIDAK ADA GUBERNUR NON MUSLIM DALAM SEJARAH KEKHILAFAHAN ISLAM. Atau saudara sengaja membohongi orang awam dengan memerkosa dalil sedemikian rupa demi syahwat Anda?
Semua orang juga tahu kalau bendahara itu mengelola keuangan atas dasar perintah gubernur. Itu artinya bendahara adalah bawahan gubernur.
Kelima, menentukan pilihan pemimpin menurut Ahlussunnah wal Jama’ah
Pada halaman 23 saudara mengutip pernyataan Ibnu Taimiyah yang intinya pemimpin yang adil walaupun kafir lebih baik dari pada Muslim tapi tidak adil.
Baca: KH Arifin Ilham: Semoga Allah Memberi Hidayah kepada Ahok
Jawaban:
Pertama, pernyataan Ibnu Taimiyah itu dalam konteks ingin menegakkan keadilan di negeri yang dipimpin oleh seorang Muslim yang tidak adil. Bukan anjuran apalagi perintah untuk memilih pemimpin kafir.
Kedua, logika sehat akan cepat menalar bahwa kalau Muslim tidak adil saja tidak akan disokong (meminjam kata-kata anda) oleh Allah Subhanahu Wata’ala, apalagi kalau pemimpinnya enggak Muslim enggak adil lagi. Makin besarlah bencana.
Keenam, Posisi agama Islam di dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila
NKRI adalah sah dilihat dari pandagan Islam. Sehingga harus dipertahankan dan dilestarikan.
Jawaban:
Yang bilang tidak sah siapa? Semua orang juga bilang begitu. Dan semua elemen bangsa ini ingin mempertahankan NKRI ini dari cengkeraman asing dan aseng. Lantas kenapa Anda mengkampanyekan paslon tertentu seolah orang lain anti NKRI dan Pancasila? Anda sehat?
Anda mengatakan, “Konsekuensi dari sikap NU itu adalah kesetiaan pada konstitusi UUD 1945 dst…tidak boleh SARA.”
Saya tanya kepada saudara: Apakah semua warga NU atau tokoh NU sama mendukung paslon yang jelas-jelas tersangka penistaan agama itu? Mendukung penista agama itu aspirasi warga NU atau segelintir oknum elit NU? Kenapa Anda bawa-bawa NU? Jawab jujur, lalu taubatlah saudara. Kalau perlu ajak yang lain juga supaya kembali ke khittah yang lurus.
Baca: Ahok Dikecam Bilang “Jangan Percaya Dibohongi Pakai Surat Al-Maidah”
Menurut saudara yang tidak memilih Ahok identik dengan SARA. Saudara tidak tahu kalau Ahok juga sering kali membawa isu sara dalam pernyataan-pernyataannya? Saudara ini kiyai atau juru kampanye? Atau dua-duanya?
Bagi saya tidak ada masalah, siapapun anda. Tapi, argumentasi anda janggal. Karena seolah haram bicara SARA bagi orang lain, tapi bagi Ahok halal. Sehingga anda mati-matian mendukungnya.
Ketujuh, Ahok sudah terbukti membawa kemaslahatan bagi umat Islam di Jakarta dan pro rakyat tidak elitis?
Pak Kiai, proyek Reklamasi Pulau itu untuk kepentingan siapa? Untuk Asing dan Aseng kan? Coba anda browsing iklannya. Pakai bahasa China. Jelas kan?
Penggusuran Kalijodoh itu untuk kepentingan siapa? Sinar Mas Land kan? Coba deh lihat jelas-jelas di sana. Tertera jelas Sinas Mas Land di sana.
Lagian, kalau memang pro rakyat kenapa enggak gusur Kalijodo dan Alexis sekalian. Kenapa hanya Kalijodoh? Yang Ahok gusur bukan prostitusinya tapi pemukiman warganya.
Baca: Tanggapi GP Ansor, KH Ma’ruf Amin: Muktamar NU di Lirboyo Larang Pilih Pemimpin Kafir
Jangan gara-gara anda pernah diumrahkan oleh Ahok lantas anda bilang Ahok lebih islami dari Umar bin Khattab! Ironis. Semoga tidak demikian.
Penutup
Seyogyanya, dalil yang digunakan oleh penulis tersebut digunakan untuk memilih pemimpin Muslim. Tetapi nyatanya dipelintir sedemikian rupa, hingga seakan-akan menjadi argumentasi bagi Muslim untuk memilih gubernur non Muslim.
Dengan mencantumkan pernyataan dari tokoh pendukung petahana yang tertangkap kamera pernah makan siang bersama Ahok tersebut, semakin menjadi justifikasi bagi kelompok pro penista ini.
Apakah sedemikian murahnya harga diri penulis sehingga harus mengobral dalil demi mengkampanyekan sang penista menjadi calon pemimpin daerah yang notabenenya adalah miniatur Indonesia dan berpenduduk mayoritas Muslim ini?. Wal ‘iyadzu billâh. Saya berharap tidak demikian. Semoga!.
Penulis adalah Wasekjen BAKORPA. Chairman of “Indonesian Political Analysis and Democration (IPAD) Forum”