Oleh: Herry Mohammad
Sabtu (27 Agustus 2016), beredar bantahan dari Ade Armando, Pemimpin Redaksi Madina Online dan Dosen Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, tentang dirinya yang katanya pernah mengatakan bahwa Al-Quran biang bencana dan bahwa Al-Quran itu hanya untuk orang Arab. Menurut Ade, apa yang beredar itu adalah fitnah. Lalu, dia mencoba menelusuri asal-usul sampai munculnya berita seperti itu.
Menurut Ade, “fitnah” itu bermula dari pidato kebudayaan yang ia sampaikan dalam rangka ulang tahun Jaringan Islam Liberal, 1 April 2016, di Jakarta. Dalam pidato itu, menurut Ade, ia menjelaskan, “Al-Quran adalah ayat-ayat Allah yang mengajarkan cinta dan kedamaian. Masalahnya ayat-ayat Al-Quran seringkali ditafsirkan dengan sempit sehingga seolah-olah mengajarkan kebencian dan peperangan, teror, penindasan. Saya juga menyatakan ayat-ayat Al-Quran, hadits dan Sunnah harus dipahami dalam konteks sejarah saat Al-Quran diturunkan dan Nabi hidup.”
Penjelasan Ade Armando tersebut, sepintas terkesan biasa-biasa saja. Tapi jika kita teliti lebih dalam, kalimat “Saya juga menyatakan ayat-ayat Al-Quran, hadits dan Sunnah harus dipahami dalam konteks sejarah saat Al-Quran diturunkan dan Nabi hidup,” akan menuai persoalan.
Bahwa asbab turunnya ayat dan ketika Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam masih hidup, perlu diketahui dan dipahami. Itu benar. Tapi, perlu diketahui, bahwa Al-Quran dan Hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan buku petunjuk dan bimbingan hidup dalam ber-Islam. Pernyataan Ade tersebut seakan-akan Al-Quran dan hadits hanya berlaku pada saat kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam masih hidup. Setelah itu, menurut alur fikir seperti ini, ya nggak berlaku lagi. “Al-Quran hanya untuk orang Arab”, masuk ke dalam pemahaman logika bengkok tersebut.
Pendapat Ade Armando yang melecehkan hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, bisa dijadikan acuan untuk memahami logika bengkok yang ia bangun.
Kisahnya, bermula pada acara berbuka puasa bersama di istana negara (18/6/2015) yang dihadiri ratusan anak yatim. Presiden Jokowi ketika itu diketahui minum sambil berdiri dan minum dengan menggunakan tangan kiri. Lalu, marak di Media Sosial (medsos) hujatan-hujatan terhadap Presiden Jokowi. Tampillah Ade membela Sang Presiden lewat sebuah artikel di Madina Online dimana ia sebagai Pemimpin redaksinya, 21 Juni 2015.
Dalam pembelaannya itu, Ade Menulis, “Namun, hadis semacam ini sebenarnya juga sudah banyak dibantah ulama lain karena sejumlah argumen. Argumen pertama adalah ternyata ada hadis-hadis sahih lain yang menunjukkan bahwa di kesempatan lain, Nabi terlihat makan dan minum sambil berdiri. Jadi ada kontradiksi antara berbagai hadis yang sama-sama sahih.
Argumen kedua adalah hadis semacam ini tak perlu diikuti karena alasan rasional: tidak masuk di akal! Apa urusannya Allah melarang orang makan sambil berdiri atau pakai tangan kiri? Membayangkan bahwa ada setan yang makan dengan tangan kiri juga sama absurdnya. Dan kalau setan memang makan dengan tangan kiri apakah dengan begitu bila manusia makan dengan tangan kiri itu berarti mengikuti setan. Lalu kelakuan setan apa lagi yang tidak boleh ditiru?”
Mari kita luruskan logika yang bengkok ini bersumbner dari hadits-hadits shahih. Dalam hadits Shahih Muslim, dengan narasi dari Jabir, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri.” (HR. Muslim: 2019).
Dari Abu Bakar bin Abdullah bin Abdullah bin Umar, dari kakeknya –yakni, Ibnu Umar– bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah makan dengan dengan tangan kanannya. Dan apabila ia minum, maka hendaklah ia minum dengan tangan kanannya. Karena sesungguhgnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim: 2020).
Karena kesombongan, tangannya tidak bisa mengangkat makanan ke mulutnya. Hal ini dikisahkan oleh Ikrimah bin Ammar yang mendapat ceritera dari Iyas bin Salamah bin al-Akwa yang bersumber dari ayahnya. “Sesungguhnya seorang laki-laki pernah makan dengan tangan kirinya di samping Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, maka beliau bersabda, ‘Makanlah dengan tangan kananmu’. Laki-laki itu menjawab, ‘Aku tidak bisa’. Beliau lalu bersabda, ‘Kamu tidak bisa? Padahal tidak ada yang menghalangi seseorang(untuk melakukannya), melainkan kesombongan’. Salamah berkata, ‘Maka laki-laki itu tidak dapat mengangkat makanan ke mulutnya’.” (HR. Muslim: 2021).
Adalah Abu Ghartafan al-Mury pernah menyampaikan hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian minum sambil berdiri, barangsiapa yang lupa melakukannya, maka hendaknya ia memuntahkannya.” (HR. Muslim: 2026). Beberapa hadits sejenis juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Baihaqi.
Lalu, pernahkah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam minum sambil berdiri? Pernah, ketika beliau minum air zam zam. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku memberi minum zam zam kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, lalu beliau minum sambil berdiri.” (HR. Muslim 2027). Tidak seperti yang ditulis oleh Ade, bahwa ada hadits-hadits lain, hanya ada satu hadits ini yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Karena itu, para ulama memberi hukum bahwa minum sambil duduk adalah sunnah, sedangkan minum sambil berdiri adalah makhruh. Adapun makan dengan tangan kanan kiri adalah perilaku setan, dan perilaku setan –-apapun bentuknya– tidak boleh ditiru, karena ia mengajak menuju neraka.
Logika bengkok Ade Armando perlu diluruskan, karena ia masih mengaku muslim, masih mengaku beribadah, meskipun ia juga mengaku tidak pandai mengaji. Kalau tidak pandai mengaji, ya jangan sok tahu tentang ajaran Islam, apalagi membuat tafsir tanpa mengilmuinya. Semoga ia menyadari kesalahannya, bertaubat, dan kembali ke jalan yang benar, dan tidak lagi pakai logika bengkok yang acap dilakukan oleh setan, itu.*
Praktisi media. Pejalan menuju Allah