Hidayatullah.com–Doa adalah sejata kaum Muslimin. Tapi mengapa bibir sampai lelah, doa tak kunjung dikabulkan. Nah, jawabnya ada di dalam buku ini
Berdoalah, bahkan ketika seolah sudah tidak mungkin. Betapa banyak yang meraih kesembuhan, justru saat ia telah divonis tinggal menunggu waktu.
Mintalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sepenuh kesungguhan, bahkan ketika jalan keluar seakan sudah buntu dan solusi sudah tak ada lagi. Ingatlah tatkala Musa AS membelah laut, bukankah ketika itu semua jalan sudah tertutup? Tetapi Allah Subhanahu Wata’ala bukakan jalan yang tak terpikir oleh manusia, tak pernah pula berulang di masa-masa berikutnya.
Mintalah sepenuh hati seraya besungguh-sungguh menyempurnakan tawakal, bahkan ketika terlihat mustahil untuk berhasil. Ingatlah Bunda Hajar, ibu dari Nabi Ismail AS. Berlari-lari ia dari Shafa ke Marwa, berputar balik berulang-ulang seolah sia-sia tiada hasil. Tetapi inilah yang Allah Subhanahu Wata’ala tinggikan kebaikannya. Allah ridhai. Inilah ketaatan yang Allah Subhanahu Wata’ala muliakan sehingga kemudian Ia karuniakan zam zam melalui hentakan kecil kaki Ismail.
Demikian prolog dalam buku Berdoalah dalam Urusan Apa Pun karya Muhammad Fauzil Adhim. Penulis kelahiran Jombang ini dikenal sebagai penulis buku-buku pernikahan dan parenting. Hampir semua bukunya bertema dua hal ini best seller.
Kali ini penulis lulusan psikologi Universitas Gajah Mada ini keluar dari spesialisnya. Bermula dari kegelisahan Fauzil melihat praktek-praktek doa di kalangan umat Islam.
Suatu waktu ia hadir dalam suatu kegiatan. Penyelenggara kemudian mencoba mengobarkan semangat untuk bedoa. Tapi dengan cara yang salah.
“Tulislah doa Anda dengan rinci,” katanya, “Tulislah dengan lengkap, selengkap-lengkapnya. Apa saja. Mau mobil, kalau perlu warnanya apa, mereknya apa. Makin lengkap makin baik.”
Fauzil mengaku, tuntunan seperti di atas tak pernah ia temukan. Justru hal seperti itu berlebihan dan berlebihan dalam bedoa itu dilarang. Mengapa?
Baca: Doa Orang yang Dianiaya
Jawabannya bisa di baca pada bagian pertama buku ini dengan judul ‘Berdoa dalam Amplop (h. 12-26)
Pada kesempatan lain, Fauzil melihat umat ini tidak sopan jika berda. Kita meminta kepada Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi kepada-Nya kita bersikap seolah lebih mengetahui atau bahkan serasa memberi kuliah. Lebih dalam soal ini, Fauzil membahas dalam buku ini dengan judul ‘Berdoa yang Tidak Sopan,’ (h. 31-38).
Masih ada puluhan kegelisahan penulis tetap di majalah Suara Hidayatullah ini. Lebih lengkapnya silakan baca bukunya. Selama membaca.*
Yuk bergabung dengan Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar bersama media Hidayatullah BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) https://dakwah.media/