Hidayatullah.com | SERING kita disuguhi data statistik tentang kesenjangan ekonomi dan luluhnya perekonomian umat Islam. Menghadapi realitas yang demikian, tidaklah cukup hanya mengandalkan pemerintah untuk mendorong laju perekonomian. Meski tidak selamanya pula kita bersikap demikian. Tapi setidaknya stimulus kemudahan untuk memacu tumbuhnya perekonomian rakyat sangat dinantikan.
Lantas siapa yang harus bergerak memulainnya.
Memulainya dari yang sederhana pula. Umat Islam atau rakyat harus berani mengambil alih pergerakan perekonomian dengan menumbuhkan jiwa saudagar terlebih dahulu. Sikap konsumerisme ditahan dan menjadikan perubahan sikap produktif secara ekonomi, perlu ditumbuhkembangkan.
Karenanya, jika kita menengok pergerakan ekonomi umat Islam jaman Nabi pun dimulai dengan penumbuhan jiwa saudagar. Dalam sirah dinyatakan ada Sahabat diminta untuk membeli parang dan kemudian segera bekerja dengan parangnya. Walhasil, Sahabat itu pun menjadi mandiri perekonomian keluarganya.
Kekhasan sirah Sahabat lainnya juga ada sebagai ibrah kita. Yaitu hadirnya Abdurrahman bin ‘Auf di Madinah. Ia hanya minta untuk ditunjukkan mana pasar. Karena pasar adalah pusat perputaran ekonomi rakyat. Dan jadilah dikemudian hari ia sebagai saudagar teladan.
Tentu hari ini, umat Islam tidak bisa hanya berpangku tangan hanya mengandalkan sebagai pegawai negeri atau karyawan swasta. Marilah kita sadari sedari awal bahwa menjadi saudagar itu sebagai pilihan. Mengapa demikian?
Karena harapannya bila menjadi saudagar, maka perputaran ekonomi dan penguasaan sumber-sumber produksi ada di tangan umat. Kemakmuran dan kesejahteraan menjadi perhatian kita semua.
Dan akan beda jika sumber-sumber ekonomi dan sumber-sumber produktif ekonomi dikuasai pihak lain. Sementara kita hanya berpangku tangan dan sebagai karyawan saja. Maka yang terjadi adalah ketidakberdayaan ekonomi umat.
Buku ini setidaknya memberikan gambaran sekaligus langkah-langkah konkrit untuk keluar dari keterpurukan tata kelola perekonomian. Disajikan dengan bahasa yang sederhana, harapannya bisa dipahami kemudian untuk dikerjakan sebagai pengurai kebuntuhan ekonomi yang ada.
Penulis buku ini juga pelaku entrepreneur yang memulainya dari hal yang kecil dan sederhana tapi kemudian mampu memecah kebuntuhan sumber produktif itu. Kini ia bisa bersaing dan bermitra dengan para pengusaha lainnya. Mampu menerobos kebuntuhan sumber-sumber produktif .
Dalam buku ini, Asih tak luput memberikan bekal kepada pembacanya sebagai tips untuk bisa mengembangkan jiwa enterpreneurship. Bahkan di awal kajian bekal mengembangkan jiwa entrepreneurship menyisipkan sepuluh akhlak pengusaha Muslim saat memulai bisnis. Dan ditambahkan pula motivasinya bahwa setiap Muslim harus kaya. Karena kekayaannya itu bisa memutar dana produktif umat seperti zakat, wakaf, infaq dan shadaqah untuk mendorong memacu perekonomian umat dan daerah setempat. Sehingga sikap ketergantuangan itu bisa cepat berubah menjadi sikap keberuntungan dan kesejahteraan serta kemakmuran umat untuk bisa mendorong kebangkitan peradaban.*Akbar Muzakki, Suara Hidayatullah
Judul Buku : Sprektrum Ekonomi & Bisnis Kita
Penulis : Asih Subagyo
Penerbit : Lentera Optima Pustaka
Tahun terbit : November 2018
Tebal buku : 316 hal