“Jiwa sebagai esensi manusia mempunyai hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda dengan kudanya. Hubungan ini merupakan aktivitas, dalam artian bahwa yang memegang inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya.” ~Imam al-Ghazali~
Oleh: Alvin Qodri Lazuardy
Hidayatullah.com | KONSEP pemikiran Imam al-Ghazali tentang manusia sangat komprehensif. Menurutnya pengenalan hakikat diri adalah dasar untuk mengenal Tuhan. Imam Al Ghazali merupakan salah satu ulama sekaligus pemikir besar Muslim yang karya-karyanya banyak menyinggung masalah manusia.
Islam memiliki konsep yang begitu Paripurna tentang manusia sederhananya siklus manusia di dunia dirumuskan dalam satu kalimat innalillahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya kita adalah milik Allah dan pasti akan kembali kepadaNya. Secara umum Islam menjelaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur, yaitu materi dan nonmateri atau jasmani dan rohani.
Allah meniupkan ruh ke dalam jasad manusia setelah sempurna proses penciptaannya. Menurut Imam al-Ghazali, maksud dari kata sempurna adalah ketika sel benih telah memenuhi persyaratan untuk menerima roh atau nafs.
Tubuh manusia berasal dari tanah dan ini termasuk materi. Akan tetapi manusia juga mempunyai ruh atau jiwa yang termasuk daripada non materi di alam ghaib.
Tubuh pada akhirnya akan kembali menjadi tanah dan jiwa akan pulang ke alam ghaib. Menurut Yusuf al-Qardhawi, unsur materi dan nonmateri dalam diri manusia harus seimbang. Maksudnya adalah seseorang tidak boleh mengurangi hak-hak tubuh untuk memenuhi hak ruh Begitupun sebaliknya.
Al-Quran menyebut manusia dalam tiga kata. Yang pertama, terdiri dari alif, nun dan sin, dengan contoh Insan, ins, nas atau unas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, tampak, nasiya (melupakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu). Sedangkan kata basyar menunjukkan arti penampakan sesuatu dengan baik dan indah atau singkatnya kulit.
Jadi, basyar adalah kulit luar manusia, yang artinya semua manusia itu sama. Secara garis besar manusia terdiri tiga unsur.
Pertama, jasmani yang terdiri dari air,kapur, angin, api, dan tanah. Kedua, ruh yang terbuat dari cahaya dengan fungsinya untuk menghidupkan jasmani saja. Ketiga, jiwa (al-nafs) yang terdiri dari tiga unsur; mutmainnah dipengaruhi sifat malaikat yaitu menciptakan kedamaian dan kasih sayang.
Selanjutnya unsur lawwamah yang berfungsi untuk membentengi diri dari nafsu syahwat dan perasaan menyesal. Unsur terakhir yaitu amarah atau ghadab dipengaruhi oleh sifat iblis yaitu membiarkan nafsu syahwat bahkan mengikutinya dan mengikuti bisikan setan.
Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah mematuhi perintah penciptaNya yaitu Allah, dan menjauhi semua laranganNya. Seperti firman Allah yang menyatakan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi padaNya.
Manusia juga dibekali akal selain naluri yang membedakannya dengan hewan. Akal inilah yang seringkali membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan tujuan penciptaannya.
Bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Selain itu manusia juga diberi tuntutan yang bisa membantu akal dalam memahami tujuan penciptaannya yaitu kitab suci dan para utusan yang berfungsi membimbing mereka pada kebenaran.
Telah disediakan dua jalan untuk manusia hidup di muka bumi ini, yaitu jalan kebaikan dan jalan menuju keburukan atau petunjuk dan kesasatan.
Allah tidak menciptakan manusia untuk bermain-main, manusia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Agar Seluruh aktivitas manusia bernilai ibadah maka Allah menjadikannya sebagai pemimpin dimuka bumi ini (khalifah fi-l-ardh). Selanjutnya sebagai khalifah manusia harus bisa mengemban amanat baik terkait hukum pengelolaan dan tugas-tugas yang lain. Ini yang secara dialektikal tidak diberikan kepada langit, bumi, matahari, dan hewan.
Dengan begitu Manusia adalah makhluk yang terbaik dari segi bentuk fungsi yang bahasa Al-Qurannya ahsan al-taqwim.
Di dalam diri manusia ada dua potensi. Pertama, potensi untuk menjadi jiwa yang sempurna sehingga dapat dekat dengan Tuhannya. Yang kedua, potensi untuk menjadi jiwa yang buruk yang mengikuti jiwa-jiwa kebinatangannya. Jalan satu-satunya untuk mencapai kesempurnaan itu ialah dengan kembali kepada Tuhan melalui iman dan amal shaleh.
Pengertian Manusia Sempurna
Mengenai istilah insan kamil yang terdiri atas dua kata, al Insan dan al Kamil yang disematkan pada manusia, dapat dimaknai dengan kesempurnaan pada dua sisi, yaitu fisik dan rohaniah. Namun dimensi rohani inilah yang sering dituju.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hal ini karena kesempurnaan rohani lah yang paling dominan dalam menentukan perjalanan hidup manusia. Istilah ini muncul dalam literatur Islam pada sekitar abad ke-7 atas gagasan Ibnu Arabi yang dipakainya untuk melabeli konsep manusia ideal yang menjadi lokus penampakan diri Tuhan.
Sedangkan yang dimaksud Imam al-Ghazali, bahwa kesempurnaan manusia adalah yang sesuai dengan substansi esensialnya yakni nafs. Tujuan hidup manusia adalah kesempurnaan jiwa karena jiwa mempunyai kemampuan dasar mengetahui maka kesempurnaannya adalah ketinggian tingkat kemampuan untuk mengetahui, yang berarti akal telah memperoleh sebuah keutamaan yang disebut Al Hikmah.
Hikmah sendiri terbagi menjadi dua, al-hikmah al-ilmiah al-nazhariyyah dan al-hikmah al-khuluqiyyah. Yang pertama merujuk kepada pengetahuan-pengetahuan abstrak yang diyakini dan bersifat universal. Sedangkan yang kedua merujuk kepada terciptanya perilaku kebajikan dan kebaikan atau akhlak karimah.
Dengan kata lain manusia sempurna adalah manusia yang di satu sisi dengan akal atau jiwanya mampu mengenali dan dekat kepada Tuhan dan pada saat yang bersamaan dengan tubuhnya memiliki akhlak yang terpuji. Dengan tujuan utama manusia sempurna yaitu terperolehnya kebahagiaan di akhirat. Pengetahuan yang sempurna tentang Tuhan dicapai dengan kesempurnaan esensi manusia. Sedangkan kesempurnaan esensi manusia tidak dapat dicapai di dunia karena badan manusia dan kebutuhan yang lainnya menjadi penghalang bagi jiwa untuk menyempurnakan dirinya.*
Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Jl. Kalibakung-Banjaranyar Km.02, Kec. Balapulang, Tegal, Jawa Tengah