Hidayatullah.com—Melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa yang berdampak dari krisis ekonomi global tidak hanya menyebabkan pertumbuhan ekspor dan impor secara year on year di negara-negara tersebut menurun tapi juga semakin meningkatnya jumlah pengangguran.
“Pada tahun 2012, krisis global terjadi karena adanya ketidakpercayaan pada pembuat kebijakan dalam mengatasi masalah yang muncul untuk kemudian berdampak pada pasar dan institusi keuangan,” papar Senior Vice President Transformation Program Management Office Bank Syariah Mandiri, Putu Rahwidhiyasa kepada peserta Seminar Nasional Ekonomi Syariah di Balai Sidang Universitas Terbuka, Kamis (04/10/2012).
Meski demikian, diharapkan ada implikasi positif dari dampak krisis global ini.
“Implikasinya, ada pergeseran ekonomi dari Barat ke Timur ke depannya,”, tuturnya optimis.
Putu merasa, daya dukung ekonomi Indonesia masih sangat solid dibandingkan dengan negara lain dan menurutnya, tidak terlalu berdampak yang serius di sektor impor karena impor Indonesia kebanyakan dari Asia dan Timur Tengah sehingga tidak terlalu bergantung pada Eropa.
Meski demikian, perbankan syariah tetap perlu mewaspadai krisis global ini dengan mengambil langkah cepat meningkatkan kerjasama antar bank syariah.
Economic Bubble
Sementara itu, Agustianto dari Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) menerangkan, krisis global terjadi karena 99% dana yang berputar berada pada sektor moneter sedangkan 1%-nya hanya berada pada sektor riil.
“Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penggelembungan ekonomi atau yang disebut dengan economic bubble ,” ungkapnya.
Sektor moneter idealnya menjadi pendukung sektor riil tetapi dalam sistem kapitalis terpisah sama sekali, akibatnya pertumbuhan yang hanya tercipta adalah pertumbuhan yang semu. Penggelembungan ekonomi ini mengakibatkan terjadinya struktur ekonomi yang rapuh.
Agustianto juga mengungkapkan penelitian yang mengejutkan yang didapatnya dari IMF, bahwa sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 krisis di sektor finansial dan rata-rata lima tahun selalu terjadi krisis.
Krisis global, ungkapnya, yang saat ini sedang melanda negara-negara Eropa telah berdampak pada penurunan ekspor.
“Hal ini berdampak salah satunya pada penurunan eskpor, kenaikan volatilitas 1% pada negara berkembang akan mengurangi ekspor ke negara-negara maju sebanyak 2%,” terangnya.*