Hidayatullah.com– Banyak pengungsi Muslim etnis Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine, Myanmar, terpaksa berjalan kaki untuk bisa sampai ke perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Mereka berhari-hari masuk hutan, menyusuri sungai untuk bisa sampai ke Bangladesh, dengan perbekalan seadanya.
“Kami berjalan tujuh sampai 15 hari, melewati hutan, sungai,” kata Abdullah, pengungsi asal Rakhine dengan bahasa Melayu kepada wartawan hidayatullah.com ditemui di kamp pengungsian Domdom, Kutapalong, Cox’s Bazar, Bangladesh, Kamis (19/10/2017).
Baca juga: Pengungsi Rohingya Terus Bertambah, Tiba saat Malam Diguyur Hujan
Pria berusia 27 tahun itu bersama istrinya ikut mengungsi lantaran rumah dan kampung tempat tinggalnya dibakar junta militer Myanmar.
“Militer Myanmar membakar rumah-rumah,”katanya.
Abdullah sudah berada di kamp pengungsian sejak 7 bulan lalu. Abdullah tidak tahu sampai kapan dirinya berada di Bangladesh.
Namun, dirinya menolak jika dipulangkan, sampai daerahnya benar-benar aman.
Baca juga: Menengok Madrasah Pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Gurunya Tidak Dibayar
Sebelumnya, Rabu (18/10/2017) siang sampai sore, hidayatullah.com melihat langsung ratusan pengungsi yang baru tiba dari Myanmar.
Mereka menyusuri jalan beraspal menuju Kutupalong. Jumlahnya cukup banyak, baik anak-anak, ibu-ibu, pun orang tua.*