Hidayatullah.com—Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperkirakan awal Ramadan 1444 H/2023 H sama dengan Muhammadiyah, yakni pada Kamis, 23 Maret 2023. Perkiraan serupa juga disampaikan oleh Peneliti Astronomi dan Astrofisika, BRIN, Thomas Djamaluddin.
Ketua Lembaga Falakiyah PBNU (LF-PBNU) KH Sirril Wafa mengatakan, berdasarkan perhitungan hisab LF-PBNU, hilal sudah cukup tinggi, yaitu 8 derajat 00 menit 05 detik di atas ufuk dengan elongasi yang besar pula, 9 derajat 43 menit 10 detik. Jika hilal dapat terlihat, maka awal Ramadan 1444 H akan dilaksanakan bersama pada Kamis, 23 Maret 2023.
Secara perhitungan falakiyah sudah memenuhi syarat tinggal menunggu hasil rukyat.
“Diharapkan banget, bisa awali Ramadan bersama-sama. Mudah-mudahan hasil perhitungan Falakiyah kali ini terkonfirmasi dengan hasil rukyat,” kata Kiai Sirril dikutip dari situs resmi NU, Selasa (7/3/2023).
Menurut Sirril, potensi perbedaan awal Ramadan tetap ada. Sebab, ketinggian hilal belum memenuhi kriteria qathiy rukyah, yaitu di atas 3 derajat dengan elongasi 9,9 derajat.
“Kalau dari segi Falakiyyah, berbagai sistem perhitungan hasilnya cenderung sama atau tidak terpaut jauh. Perbedaan itu terjadi dari cara pemahaman fiqihnya,” katanya.
Sirril berpesan jika awal Ramadhan 1444 H nanti berbeda, umat Islam harus menyikapinya secara arif dengan saling memahami satu sama lain akar perbedaannya. Apalagi perbedaan awal Ramadan sudah sering terjadi, sehingga tidak asing lagi bagi umat Islam di Indonesia.
“Sudah seharusnya masing-masing anggota kelompok yang berbeda memahami akar perbedaannya, dan tidak ambil sikap apriori,” katanya.
Sementara menurut Peneliti Ahli Utama (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika, BRIN, Thomas Djamaluddin, awal ramadan 2023 diprakirakan akan jatuh pada Kamis 23 Maret 2023. Sebab Simulasi Stellarium menunjukkan penampakan hilal pada saat maghrib 22 Maret 2023.
“Hilal sangat tipis dengan lengkungan menghadap matahari di bawahnya. Diprakirakan hilal akan terlihat di Indonesia sehingga insyaAllah sidang isbat akan memutuskan awal Ramadhan 1444 pada 23 Maret 2023,” kata Djamaluddin yang dikutip Selasa (7/3/2023).
Dia menjelaskan, pada saat maghrib, 21 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan masih di bawah ufuk dan belum terjadi ijtimak (wilayah dengan arsir merah). Ijtimak (bulan baru astronomis, newmoon) terjadi pada 22 Maret 2023 pukul 00.23 WIB.
“Garis tanggal Wujudul Hilal terjadi di Samudera Atlantik pada 21 Maret, jadi pada saat maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia telah memenuhi kriteria Wujudul Hilal yang dipedomani Muhammadiyah. Oleh karenanya, Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadhan 1444 jatuh 23 Maret 2023,” kata dia.
Dengan kriteria baru MABIMS (tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat) saat maghrib di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria. Jadi berdasarkan kriteria tersebut yang dipedomani oleh Persis dan NU dalam pembuatan kalendernya, 1 Ramadhan 1444 pada 23 Maret 2023.
“Namun, bagi pengamal rukyat perlu menunggu hasil rukyat yang nanti di-itsbat-kan (ditetapkan) pada sidang itsbat,” terang dia.
Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1444 H pada Kamis, 23 Maret 2023. “Umur bulan Syakban 1444 H adalah 30 hari dan tanggal 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023 M. Jadi mulai tarawih, Rabu malam,” kata Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring, Senin (6/2/2023).
Sementara untuk Syawal 1444H, dia menyampaikan pada Kamis Legi, 29 Ramadhan 1444 H bertepatan dengan 20 April 2023 M, ijtimak jelang Syawal 1444 H terjadi pada pukul 11:15:06 WIB.*