Hidayatullah.com — Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Prancis, dilaporkan mengomeli anggotanya karena menghadiri peresmian sebuah masjid pada pekan lalu.
Joris Hébrard, anggota parlemen dari Partai Front Nasional (National Rally), menghadiri peresmian masjid di Le Pontet, sebuah kota di bagian Prancis selatan di mana dulu dirinya pernah jadi walikota.
Selama peresmian, masjid itu dihiasi dengan bendera Prancis dan Turki, hal ini karena populasi etnis Turki yang besar di kota itu.
Hébrard tertangkap kamera sedang bersama seseorang yang dilaporkan adalah pejabat pemerintahan Turki saat menghadiri peresmian masjid.
Kehadirannya di peresmian tersebut jelas membuat Le Pen tidak senang, yang menuntut diberlakukannya undang-undang diskriminatif terhadap Muslim Prancis, mendikte apa yang boleh mereka kenakan di depan umum dan menutup masjid.
Le Pen mengatakan tentang kehadiran Hébrard di tempat ibadah Muslim “adalah inisiatif pribadi yang sangat saya tidak setujui” dan bahwa dia tidak diberi tahu bahwa anggota partainya akan hadir, lapor Le Monde.
Marion Maréchal, keponakan Le Pen dan anggota partai Reconquête sayap kanan saingannya, juga mengecam kehadiran Hébrard.
“Saya sangat kecewa dan tersinggung dengan peresmian masjid Turki di Pontet oleh wakil Rally Nasional @Joris_Hebrard,” cuitnya dilansir New Arab (27/03/2023).
Le Pen dan partainya menggunakan Islamofobia dalam kampanye politik mereka dalam pemilihan presiden lalu.
Saat berkampanye, Le Pen berjanji jika dirinya terpilih menjadi presiden ia akan melarang hijab di tempat umum. Wanita yang pernah dua kali mencalonkan diri sebagai capres itu juga pernah secara mengejutkan membandingkan Muslim yang beribadah di jalan-jalan Prancis dengan pendudukan Nazi, ketika puluhan ribu orang Prancis, termasuk sekitar 74.000 warga dan penduduk Yahudi, dibunuh.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam pemilihan presiden putaran kedua, Le Pen kalah dari Macron. Pada pilpres itu, Le Pen hanya meraih 42% suara, sedangkan Emmanuel Macron meraih 58% suara.*