Hidayatullah.com—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Saad Ibrahim menjelasakan alasan mengapa Muhammadiyah harus membeli bangunan gereja di Alcala, di Kota Madrid, Spanyol di masa kepimpinanya dulu. Alasan pembelian geraja ini dijelaskan saat Pengajian Ramadan di UHAMKA, Sabtu (1/4/2023).
Saad menyebut proses pembelian dan negosiasi itu masih berjalan dan PWM Jatim disebut ingin mengembalikan fungsi bangunan ini sebagai pusat kegiatan umat Islam di sana.
“Sekarang bolanya sudah ada di PWM Jawa Timur,” kata Saad dikutip laman PP Muhammadiyah.
Menurutnya, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur membeli komplek bangunan seluas 3 hektare yang dikabarkan seharga 3 juta Euro ini merupakan peninggalan era Kejayaan Islam di Andalusia.
Selain asrama, di dalamnya juga ada sebuah bangunan gereja yang sudah tidak aktif. Saad menjelaskan, awal mula ide pembelian ini datang saat di masa kepimpinanya pengurus melakukan rihlah ke Turki dan Spanyol.
“Di akhir periode kami di PWM Jatim, kami melakukan ar rihlah at tsaqafiyah, rihlah peradaban. Kami ke Turki dan Spanyol. Nah di Spanyol itu ar-rihlah yang mestinya memberikan kegembiraan-kegembiraan justru memberikan kepedihan-kepedihan karena kebesaran Islam sudah tidak lagi menjadi milik kita, di situlah kemudian kita melakukan langkah awal biar pun kemudian di situ kita ada prosesnya panjang karena ini berkaitan dengan dua negara,” ungkapnya.
Motivasi PWM Jatim sendiri, menurut Saad adalah untuk membangkitkan inspirasi dan semangat kaum muslimin agar berani berbuat nyata dalam merengkuh kembali peradaban Islam, tidak sekadar dalam romantisme sejarah saja.
Selain itu, ikhtiar ini dianggap memberikan penegasan bahwa umat Islam, lebih-lebih Muhammadiyah tampil sebagai kekuatan umat dalam mengembalikan peradaban Islam.
“Yang kedua, ini bukan (inisiatif) individual tapi organisasi. Tapi dengan kita katakan (soal pembelian) itu, ini sudah power,” tegasnya.
“Sekali lagi ketika kita omongkan maka itu jadi kekuatan. Saya sering menganalogikan, Pakistan itu akan terlambat (merdeka) jika tahun 1930 Iqbal tidak punya yang namanya dreamland. Dikatakan tahun 1930, nanti baru 17-18 tahun Ali Jinnah yang meneruskan,” pungkas Saad.
Bekas Masjid di Era Khalifah Abbasiyah
Seperti diketahui, gereja yang akan dibeli Muhammadiyah ini dulunya merupakan masjid peninggalan Kekhalifahan Abbasiyah, yang berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi.
Dilansir dari Asiaone, pemimpin Muhammadiyah Jatim Saad Ibrahim mengatakan bahwa gereja tersebut dijual karena jemaahnya telah berkurang menjadi 15 orang, dan kemudian dijual dengan harga sekitar Rp 45 miliar.
“Kami sedang dalam proses negosiasi dengan pengelola tempat ibadah. Mereka menawarkan harga sekitar 3 juta euro atau sekitar Rp45 miliar,” ungkap Saad.
Sebagai informasi, beberapa wilayah Spanyol dan Portugal merupakan bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah, yaitu kekhalifahan ketiga yang menggantikan nabi Muhammad ﷺ.
Dulunya, Spanyol memiliki sekitar 800 masjid, namun sekarang tidak lebih dari 10 masjid. Pembelian bangunan yang dilakukan oleh Muhammadiyah bukan pertama kalinya.
Pada Desember 2022 lalu, Muhammadiyah telah meresmikan sekolah dasar yang berlokasi di negara bagian Victoria, Australia, dan diberi nama Muhammadiyah Australian College. Bangunan ini sebelumnya merupakan sekolah Katolik.
Sementara itu, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal mengatakan, gereja yang dimaksud itu awalnya adalah masjid peninggalan Kekhalifahan Abbasyiah.
Menurut Fathurrahman, pembelian gereja tersebut dilakukan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim yang pada periode sebelumnya dipimpin oleh Dr Saad Ibrahim. Apalagi arus untuk melakukan internasionalisasi dakwah sedang menguat di lingkungan Muhammadiyah.
“Termasuk juga pada produk Muktamar Solo ini kan salah satu orientasi ke depan ini bagaimana melakukan internasionalisasi daripada dakwah Muhammadiyah,” ucap Fathurrahman dikutip Republika Online.
Menurut dia, saat ini perwakilan Muhammadiyah sendiri saat ini sudah ada di lima benua; yaitu Benua Asia, Benua Afrika, Benua Eropa, Benua Amerika, dan di Benua Australia. Seperi di Mesir, kata dia, Muhammadiyah juga sudah memiliki amal usaha dan bahkan mendirikan Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Muhammadiyah.*