Hidayatullah.com– Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez, hari Ahad (16/4/2023), meminta maaf kepada para korban setelah UU kebebasan seks yang disponsori pemerintah dan diloloskan bulan Oktober 2022, yang ditujukan untuk melindungi perempuan, justru melepaskan ratusan terpidana kasus seksual atau mengurangi hukuman mereka.
Legislasi yang dikenal dengan sebutan UU “ya artinya ya”, dijadwalkan untuk diubah dalam waktu dekat guna menambal lubang hukum yang ada, lansir Associated Press.
“Tidak ada anggota parlemen, bahkan mereka yang menentang undang-undang ini, mendukung pengurangan hukuman. Oleh karena itu, saya meminta maaf kepada para korban dan kami akan mencari solusi untuk efek yang tidak diinginkan ini, karena itu adalah cara terbaik untuk membela hukum itu sendiri,” kata Sánchez dalam wawancara dengan media lokal di sela kampanye menjelang pemilu regional di Spanyol yang akan digelar pada 28 Mei.
Menurut data resmi terbaru, pengadilan telah mengurangi hukuman 978 pelaku kejahatan seksual berdasarkan UU kebebasan seks itu dan sedikitnya 104 terpidana telah mendapat pembebasan dini.
Undang-undang itu menjadikan persetujuan verbal atau ketidakadaannya kunci dari dugaan kasus serangan seksual. Akan tetapi, UU itu juga merevisi masa hukuman penjara minimum dan maksimum bagi terpidana, sehingga hakim dapat mengurangi hukuman bagi para pelaku perkosaan di tingkat banding, dengan memangkas beberapa bulan atau tahun hukuman yang dijatuhkan sebelumnya.*