Hidayatullah.com—Pusat Riset Islam Al-Azhar Mesir menolak penamaan proyek toleransi yang memadukan 3 agama Samawiyah, dengan nama agama Ibrahimiyah (Ibrahim, red). Dalam akun Facebook nya, Al-Azhar menyatakan dengan tegas atas penolakannya, dan menjelaskan bahayanya keyakinan tersebut karena tidak sesuai dengan prinsip agama Samawi.
“Hal tersebut tidak sesuai dengan asas kebinekaan manusia, dan kebebasan dalam beragama dan menyelisihi al-Quran dan sunnah, serta kesepakatan agama Samawi,” tulis Al-Azhar.
Menurut Al-Azhar, saling bersinergi dalam menumbuhkan nilai tolong-menolong dalam bermasyarakat sangatlah dianjurkan. Al-Azhar, menegaskan bahwa proyek persaudaraan sesama umat manusia dan pembangunan tempat ibadah bagi non-muslim harus tetap menjaga identitas, privasi, dan prinsip agama masing-masing, itu tidak termasuk mencampur adukan agama.
Sebagian orang menyangka, bahwa proyek tersebut, termasuk mencampur adukan agama. Bahkan sebaliknya, proyek tersebut justru akan mewujudkan apa yang dikehendaki oleh agama Islam tentang kerukunan antara umat manusia, sesuai yang diserukan oleh agama Samawi (Abrahamic religions).
Tahun 2019 diluncurkan proyek “Rumah Keluarga lbrahim” (the Abrahamic Family House), sebuah kompleks antaragama yang menampung masjid, gereja, dan sinagog, yang diresmikan di UEA.
Proyek ini dibangun di Distrik Budaya Saadiyat di Abu Dhabi serta memiliki cabang di seluruh provinsi Mesir. Proyek ini dikawal oleh Grand Syeikh Azhar dan Paus Gereja Ortodoks.
Rumah Keluarga Ibrahim berakar pada nilai-nilai UEA yang menyatukan orang dan budaya. Situs ini diklaim akan menjadi tujuan yang menarik bagi orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Namun Pusat Riset Islam al-Azhar melanjutkan, penghormatan dan toleransi seperti itu sudah ada sejak dahulu di masyarakat Arab dan lslam. Dalam tradisi Islam itu bukanlah hal yang baru.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Setiap rumah ibadah dinilai akan mencerminkan karakter khas masing-masing agama. Layanan keagamaan akan diadakan di setiap ruang suci dengan karakter unik dari setiap agama.
Proyek ini diklaim akan mempromosikan nilai-nilai toleransi di antara para pemeluk agama dan juga mengakui bahwa prinsip-prinsip umum ini tidak menghilangkan keyakinan, tradisi, atau ritual masing-masing pemeluknya.
Untuk Muslim, disediakan ruang sholat, termasuk sholat Jumat yang diadakan di Masjid Ahmad Al-Tayib. Untuk Misa dilakukan dalam bahasa Inggris setiap hari Minggu pukul 12 siang di Gereja St. Francis dan Kebaktian harian berlangsung di Sinagoge Moses Ben Maimon.*
Ritual Keagamaan Mingguan
“Rumah Keluarga lbrahim” (the Abrahamic Family House), sebuah kompleks antaragama yang menampung masjid, gereja, dan sinagog, yang diresmikan di UEA. Setiap bangunan memiliki kapasitas antara 200 hingga 350 jamaah.*