Hidayatullah.com — Senin (15/5/2023) lalu, Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo mendampingi rombongan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Presiden, Jakarta.
Pasca pertemuan tersebut, Hary Tanoesoedibjo menyampaikan kepada awak media bahwa semua warga keturunan Tionghoa memilih Capres yang didukung Presiden Joko Widodo. Ketika ditanya mengenai sikap PSMTI terhadap pilpres 2024 ia mengatakan:
“Ya, kalau sikap PSMTI adalah mendukung apa yang sudah dilakukan beliau dan mengharapkan ada kontinuitas. Secara implisit, ya, memang seperti itu. Apa pun yang didukung beliau pasti didukung PSMTI,” ungkap Hary.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, M. Din Syamsuddin mengatakan bahwa klaim Ketum Perindo di atas menarik untuk dikomentari. Menurutnya, pernyataan tersebut adalah bentuk politik identitas dan bersifat manipulatif.
“Pernyataan itu adalah bentuk politik identitas yang nyata karena mengedepankan identitas etnik. Sebenarnya sah dan baik-baik saja tapi tidak dalam bentuk monopolistik dan manipulatif”, ujar Pembina Partai Pelita ini.
“Kalau tidak benar karena ada pihak dari Etnik Tionghoa, seperti Jusuf Hamka, yang mempertanyakannya, maka pernyataan Hary Tanoe dapat dikatakan bersifat manipulative, memanipulasi kenyataan yang sebenarnya,” lanjutnya.
Din Syamsudin juga mengatakan bahwa apa yang disampaikan Hary tidaklah elok karena akan menjadi api penyulut terjadinya perpecahan bangsa.
“Pada sisi lain pernyataan demikian bertendensi memecah belah bangsa atas dasar ras dan etnik. Maka di mana posisi Perindo sebagai partai politik yang dipimpinnya. Jangan-jangan partai itu hanyalah politik kamuflase,” terang Din.
Selain itu, lebih lanjut lagi Din Syamsudin berkomentar, bahwa jika seandainya memang benar apa yang dikatakan oleh Hary, maka itu mengkonfirmasi bahwa ada oligarki etnik Tionghoa yang bersarang di belakang Presiden Jokowi.
“Jika benar semua warga keturunan Tionghoa memilih Capres dukungan Presiden maka membenarkan dugaan adanya kelompok oligarki dari etnik Tionghoa yang berada di balik Presiden Joko Widodo dan membela kepentingan politik-ekonomi tertentu, serta menghalangi kelompok lain yang ditentang oleh Presiden Joko Widodo,” tutupnya.*/Rizki Ulfahadi