Hidayatullah.com– Skema visa Malaysia My Second Home (MM2H) yang diperbarui mendorong peningkatan minat yang signifikan dari kalangan pemuda kaya asal China, lapor South China Morning Post (SCMP).
Eugene Lim dari K-Konsult Taxation, yang memberikan jasa konsultasi seputar program MM2H, menyoroti lonjakan signifikan pertanyaan, terutama yang disampaikan melalui TikTok dan Douyin. Lebih dari 1.000 pertanyaan diterima K-Konsult Taxation lewat kedua platform media sosial populer itu.
“Banyak anak muda yang berencana pindah dan kami sudah menangani cukup banyak permintaan informasi. Namun, pendaftaran belum dibuka karena perizinan belum beres,” katanya kepada SCMP, media yang beroperasi sejak era kolonial Inggris di Hong Kong.
Skema Malaysia sebagai rumah kedua itu, yang menawarkan visa lima tahun dengan investasi paling sedikit sekitar US$300.000, pada bulan Juni prosedurnya disederhanakan.
Menurut laporan SCMP Rabu (11/9/2024), kategorinya dibuat menjadi tiga tingkatan – platinum, gold dan silver – dan sekarang pemohon tidak lagi diharuskan menunjukkan bukti kepemilikan pendapatan minimum dari sumber luar negeri dan aset likuid sedikitnya RM1,5 juta (US$317.000).
Tingkatan silver atau perak, yang mensyaratkan deposit tetap sebesar US$150.000 dan properti tempat tinggal senilai sedikitnya RM600.000 (US$126.600), paling banyak menarik minat kalangan muda China.
“Begitu perizinan selesai dan pendaftaran dibuka, kami perkirakan permintaan akan naik satu atau dua kali lipat,” kata Lim saat menghadiri World Chinese Entrepreneurs Convention (WCEC) di Kuala Lumpur.
Menurut laporan SCMP, dari 56.000 peserta aktif program MM2H sebanyak 24.765 merupakan warga negara China.
Selain MM2H, investor asal China juga tertarik untuk menanamkan modal di lahan industri di Malaysia.
Sidney Cheo dari Seri Pajam Development mengatakan, “Sekitar 50 persen pertanyaan yang kami terima bulan ini berasal dari China. Permintaan melebihi pasokan.”
Pemerintah Malaysia pimpinan Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim giat berupaya menarik investor asal Tiongkok.
“Ikatan dan hubungan yang lebih kuat dengan China akan menguntungkan Malaysia dan kawasan ini,” kata PM Anwar saat peluncuran WCEC ke-17 di Kuala Lumpur yang digelar pada tanggal 9-11 September 2024, menurut laporan SCMP.
Namun demikian, muncul kekhawatiran perihal dampak dari kedatangan orang-orang kaya China ke Malaysia.
Ang Kian You, pengusaha Malaysia keturunan China yang pabriknya di Johor berhasil bertahan dari tantangan pascapandemi Covid-19, menyampaikan kekhawatirannya.
“Dulu kami memiliki 44 pabrik masker penutup muka di dalam negeri, kini hanya tersisa empat pabrik karena banyaknya impor dari Tiongkok,” kata Ang.
Meskipun khawatir, Ang berusaha mempertahankan pandangan pragmatis.
“Saat timur terbit, matahari di barat akan terbenam,” ujarnya, menekankan perlunya pemerintah Malaysia menavigasi pergeseran perekonomian global secara strategis.*