Hidayatullah.com—Anggota minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar untuk pertama kalinya memberikan kesaksian langsung pada Rabu (7 Juni 2023) di Buenos Aires. Ini adalah bagian dari penyelidikan peradilan Argentina atas kejahatan yang diduga dilakukan oleh militer Myanmar, kata seorang aktivis kepada AFP.
Sidang, yang diadakan secara tertutup, adalah “hari bersejarah bagi semua orang di Burma”, juga dikenal sebagai Myanmar, kata Maung Tun Khin, presiden Organisasi Rohingya Burma yang berbasis di Inggris. “Akhirnya, sidang langsung digelar dan bukti kuat diajukan ke pengadilan,” katanya dikutip Reuters.
Khin tidak mengungkapkan identitas atau jumlah “penyintas” yang bersaksi, atau fakta, untuk “alasan keamanan”. Persidangan terhadap keenam orang tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga 13 Juni, menurut sumber yang mengetahui kasus tersebut.
Pada tahun 2021, sistem peradilan Argentina, menanggapi sebuah pengaduan, mengumumkan bahwa mereka membuka penyelidikan atas dugaan kejahatan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap Rohingya, di bawah prinsip yurisdiksi universal yang diabadikan dalam konstitusinya.
Pada tahun yang sama, enam perempuan Rohingya yang tinggal di Bangladesh sebagai pengungsi, berpartisipasi dalam persidangan virtual di hadapan pengadilan Argentina. Mereka menyampaikan laporan pelecehan seksual dan kematian anggota keluarga akibat represi rezim.
Sebelumnya, pengadilan Argentina setuju untuk memeriksa kasus asing berdasarkan prinsip yurisdiksi universal, khususnya kejahatan yang dilakukan oleh rezim fasis Francisco Franco di Spanyol.
Prinsip tersebut memungkinkan penuntutan terhadap pelaku kejahatan yang melakukan pelanggaran berat, terlepas dari kewarganegaraan mereka atau di mana kejahatan tersebut dilakukan.*