Hidayatullah.com – Seorang mantan tentara telah dijatuhi hukuman penjara selama 55 tahun atas pembunuhan terhadap seorang pria Muslim. Sebelum membunuh, menurut para saksi mata, veteran perang itu terdengar melontarkan hinaan rasis dan Islamofobia terhadap korban.
Dustin Passarelli dinyatakan bersalah atas pembunuhan pada Mei, empat tahun setelah menembak mati Mustafa Ayoubi yang berusia 32 tahun, seorang warga Amerika keturunan Afghanistan, di pinggir jalan di barat laut Indianapolis.
Passarelli mengikuti Ayoubi dari Interstate 465 utama dan pertengkaran verbal terjadi, kata jaksa penuntut. Saksi di tempat kejadian mengatakan Passarelli membuat beberapa hinaan Islamofobia dan berteriak “Kembali ke negaramu” ke Ayoubi sebelum menembaknya.
Kasus tersebut menarik perhatian FBI dan terjadi saat legislator di negara bagian Indiana sedang memperdebatkan undang-undang kejahatan rasial yang baru. RUU itu dipermudah, bagaimanapun, dengan undang-undang “kejahatan bias” yang disahkan enam minggu kemudian yang menurut beberapa orang tidak efektif dalam kejahatan rasial.
Passarelli, yang tidak didakwa dengan kejahatan rasial atau di pengadilan federal, mengatakan kepada polisi bahwa dia mengikuti Ayoubi dari jalan raya ke sebuah kompleks apartemen dan menembaknya untuk membela diri setelah Ayoubi diduga mencoba meninju salah satu jendela mobilnya. Dia juga mengaku menderita PTSD sejak menjadi tentara.
Otopsi menunjukkan Ayoubi telah ditembak delapan kali – satu di bahu dari depan dan tujuh kali di belakang, menurut laporan media lokal. Polisi tidak menemukan bukti kerusakan pada mobil Passarelli.
Ayoubi menjalani hidupnya di Amerika Serikat setelah tiba dari Afghanistan sebagai pengungsi.
Setelah juri memutuskan Passarelli bersalah, saudara perempuan Ayoubi, Zahra, mengatakan keadilan telah ditegakkan. Kepada Al Jazeera, Zahra menyebut saudaranya ada seorang yang “baik hati, perhatian dan sangat pintar” dan “batu karang” untuk ibunya.
“Jiwa yang begitu terang, terpotong oleh kebencian, di kedalaman malam. Dia lebih dari seorang korban, dia adalah nyala api, dia berdiri dan mempermalukan,” tulis Zahra di Twitter.
Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi advokasi dan kebebasan sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat, mengatakan telah menerima 5.156 pengaduan tentang Islamofobia pada tahun 2022, turun 23 persen dari tahun sebelumnya.*