Hidayatullah.com—Mufti Harun Bin Izhar alias Harun Izhar, pemimpin tertinggi Hefazat Islam, telah dibebaskan dari penjara dengan jaminan bulan Mei 2023 lalu. Dalam sebuah unggahan di YouTube terbaru, ia berkisah tentang penyiksaan mengerikan selama di hotel prodeo.
Dalam sebuah unggahan terbaru di YouTube, Harun Izhar menggambarkan penderitaannya selama interogasi polisi. Ia bahkan diancam hakim karena tidak mau memberikan pengakuan palsu.
Al-Quran akan Jadi Saksi
Mufti Harun Izhar yang ditangkap pada 28 April 2021 menilai menghadapi kasusnya adalah sebuah tuduhan palsu. Dalam video yang diunggah akun twitter @Doam, ia menceritakan bagaima dirinya dipukul dengan tongkat kriket.
“saat kemudian salah satu dari mereka memerintahkan pentungan untuk dibawa pergi.”
Usai melalukan siksaan, seorang petugas masuk dan meminta maaf. “Kami semua minta maaf,” ujarnya bercerita.
Tidak lama, petugas ini melihat mushaf Al-Quran yang tengah dibawa Harun dan memindahkanya. “Alhamdulillah, saya merasa senang dengan itu, meskipun saya tidak bisa berjalan selama beberapa hari setelah siksaan mereka, tetapi saya merasa al-Quran itu menatap saya!”
“Saya mengalami perasaan seperti itu! Al-Quran akan bersaksi pada hari penghakiman bahwa saya disiksa karenanya,” tambahnya.
Nah, ketika menghadapi sidang di pengadilan, ada hakim wanita memintanya untuk memberikan pengakuan berdasarkan Pasa 164, bahwa, semua kesalahan di beberapa kasus harus akuinya. “Semua kesalahan ulama kami, semua kesalahan adalah milikku, aku menghasut ini dan itu, aku berada di belakang Shahidbraria, aku berada di belakang Hathazari, seolah aku melakukan segalanya! Dia memerintahkan saya untuk menulis semua ini, di bawah Pasa 164, “ ujarnya.
Lalu Harun menjawab sang hakim wanita tersebut. “Nyonya, saya memegang Al-Quran ini, bagaimana saya bisa mengatakan semua kebohongan ini?”
Kemudian hakim itu berkata, “Jika Anda tidak menurut, saya akan mengirim Anda untuk ditahan lagi.”
“Bagaimana seorang hakim berbicara seperti itu?, “ ujarnya dalam video tersebut.
Dikaitkan Taliban
Kepada The Daily Star, Harun Izhar telah dibebaskan dengan jaminan setelah dua tahun. Harun Izhar ditangkap pada tahun 2021 atas tuduhan menghasut kekerasan menyusul kedatangan Perdana Menteri India Narendra Modi di Bangladesh untuk berpartisipasi dalam perayaan pesta emas kemerdekaan Bangladesh.
Pengacara Harun Izhar, Abdus Sattar mengatakan kepada wartawan bahwa Harun Izhar menghadapi puluhan kasus.
“Izhar dituduh dalam 28 kasus, termasuk 11 kasus yang diajukan di Chattogram. Meskipun dia sekarang keluar dengan jaminan, dia akan tetap dalam pengawasan kami,” kata pejapentungan polisi Bangladesh Abu Tyeb Md Arif.
Mufti Harun Izhar, adalah sekretaris urusan pendidikan dan kebudayaan dari komite pusat Hefajat-e-Islam yang sekarang telah dibubarkan pemerintah. Ia ditangkap dari Madrasah Jamiyatul Ulum Al Islamia, yang dikenal sebagai madrasah Lalkhan Bazar, di kota Chattogram pada malam 29 April 2021.
Dua tahu lalu, ia ditangkap dalam tiga tuduhan yang diajukan kepadanya. Mufti Izhar saat itu adalah ketua aliansi militan Islami Oikya Jote dan Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang oleh aparat dikait-kaitkan dengan Osabah ben Laden.
Dua orang lainnya yang ditangkap kemudian juga dikaitkan organisasi berbasis di Pakistan, Lashkar-e-Taiba. Aparat menuduh Hefazat-e-Islam memiliki rencana untuk mengubah Bangladesh menjadi negara Taliban seperti Afghanistan.
Aparat Bangladesh menuduh para pemimpin Hefajat telah membentuk sebuah organisasi yang disebut ‘Rabetatul Waizin Bangladesh’ dengan para pemimpin dari seluruh negeri.
Mereka digunakan untuk mengontrol ‘Waz Mahfils’ (menyebarkan militansi atas nama dakwah Islam) dengan memaksa penyelenggara dari Pakistan untuk mengundang pemimpin militan mereka sebagai pembicara di dalamnya.
Namun di media, Mufti Haruz Izhar membantah tuduhan aparat. Menurutnya, ia merasa dijebak atas musibah ledakan granat di Madrasah Lalkhan Bazar miliknya pada 7 Oktober tahun lalu yang menyebabkan lima siswa terluka parah dan tiga dari mereka meninggal karena terluka mereka.*