Hidayatullah.com—Ada banyak cara agar orang bisa membaca buku secara efektif. Sebab membaca efektif bisa mengasah untuk berpikir lebih sistematis.
Demikianlah salah satu motode membaca ala Imam Nawawi, mantan Ketua Pemuda Hidayatullah saat mengisi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Hidayatullah (Pemhida) tahun 2023 hari Jum’at, 28 Juli 2023.
“Membaca itu ada tiga tingkatan cara, pertama membaca untuk menangkap energi. Dalam konteks ini, tidak perlu membaca buku dari awal sampai akhir. Tetapi kita mengambil kalimat-kalimat yang memang penting sesuai dengan kebutuhan kita,” ungkap pria yang aktif menulis di media massa ini.
Ketua Umum PP Pemhida ke-6 ini, memberikan contoh empiris dengan pengalaman menulis dan profesi pribadinya yang saat ini sebagai Humas Baitul Mal Hidayatullah (BMH).
Menurutnya, sebagai Humas BMH, penting baginya untuk membaca buku yang memiliki kaitan dengan sedekah dan zakat. Suatu ketika, ia membutuhkan narasi-narasi tentang pentingnya sedekah dan zakat.
Ia kemudian melihat ada buku autobiografi Syeikh Yusuf Qardhawi. Beliau bercerita di dalam bukunya bahwa di kampung beliau sejak beliau lahir itu ada dua tradisi utama yang berlangsung.
Yang pertama adalah baca Al-Qur’an dan yang kedua ialah sedekah. Sampai setiap hari itu kalau tidak ada orang yang datang ke rumahnya, maka dipanggil dan dicari dari desa sebelah supaya bisa datang makan di rumahnya.
“Artinya apa, Anda perlu mencari bacaan yang bisa mendukung kebutuhan Anda. Apa yang saya baca dari buku itu masih ingat sampai sekarang, kenapa? Karena saya membaca sesuai kebutuhan,” lanjutnya.
Menurut Imam, yang kedua ialah membaca untuk mengasah kemampuan berpikir. Apabila bertemu dengan topik yang sulit dimengerti, itulah justru yang harus dibaca, kalau perlu berulang-ulang sampai mengerti.
“Kalau antum punya tema dalam buku yang sulit dipahami, itulah yang harus dibeli. Tidak paham, baca lagi, untuk kita bisa memahami apa kira-kira spirit dan ruh dari penulis buku,” papar Magister Pendidikan jebolan Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini.
Dalam pandangannya, membaca tema yang sulit dipahami bertujuan untuk latihan mengasah pikiran. Kita ini sulit berpikir karena tidak terbiasa dilatih. Sehingga kalau ditanya, sulit memberikan jawaban yang sistematis.
Cara membaca yang ketiga, menurut Imam, ialah membaca dari awal sampai akhir secara keseluruhan. Ia juga memberikan rekomendasi buku bacaan, menurutnya, buku biografi para pahlawan sangat bagus dibaca sebagai langkah awal membangun budaya membaca.
“Bagusnya untuk sementara, karena proses membangun budaya, baca saja biografi-biografi para pahlawan itu. Ini juga yang sering direkomendasikan oleh Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad,” pungkasnya.
Rakernas Pemhida ini merupakan yang pertama di bawah kepemimpinan Rasfiuddin Sabaruddin, periode 2023-2026. Periode sebelumnya, 2020-2023, Pemhida dipimpin oleh Imam Nawawi.*/Rizki Ulfahadi