Hidayatullah.com– Mantan menteri perminyakan Nigeria Diezani Alison-Madueke dijerat dakwaan suap di Inggris.
Dia diduga menerima uang suap sebagai imbalan memberikan kontrak minyak dan gas bernilai jutaan dolar ke pihak tertentu.
Dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam pemerintahan era Presiden Goodluck Jonathan, Alison-Madueke juga menjadi perempuan pertama yang menjabat presiden organisasi negara-negara eksportir minyak OPEC.
Wanita berusia 63 tahun itu, yang dibebaskan dari tahanan dengan jaminan sejak penangkapannya di London pada 2015, membantah tuduhan korupsi tersebut, lansir BBC Selasa (22/8/2023).
Aset bernilai jutaan pound berkaitan dengan dakwaan tersebut telah dibekukan sebagai bagian dari investigasi oleh dinas penyelidikan kriminal Inggris National Crime Agency (NCA).
NCA mengatakan Alison-Madueke, yang menjabat sebagai menteri perminyakan dari tahun 2010 sampai 2015, diduga mengambil sejumlah manfaat dari jabatannya seperti uang tunai sedikitnya £100.000 ($127.000), kendaraan berikut sopir, penerbangan dengan jet pribadi, liburan mewah bersama keluarganya, menggunakan sejumlah properti di London berikut furnitur dan renovasi serta pekerja untuk properti yang digunakannya, pembayaran uang sekolah swasta, hadiah dari toko mewah seperti perhiasan buatan Cartier dan produk Louis Vuitton.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat berhasil memulihkan aset bernilai total $53,1 juta terkait dengan dugaan korupsi Alison-Madueke berkat bukti yang diberikan oleh NCA pada bulan Maret.
NCA menambahkan bahwa personelnya juga telah bekerja sama dengan badan antikorupsi Nigeria, Economic and Financial Crimes Commission (EFCC).
Tahun lalu, EFCC mengatakan sekitar $153 juta dan lebih dari 80 properti berhasil diambil kembali dari tangan wanita tersebut, yang menjabat di kabinet sejak 2007.
Pertama kali masuk pemerintahan Alison-Madueke diberi kursi menteri transportasi, kemudian dia diberi tugas menangani bidang pertambangan sebelum beralih menangani urusan perminyakan.
Alison-Madueke, yang saat ini tinggal di pinggiran London di St John’s Wood, akan dihadirkan di pengadilan Westminster Magistrates Court pada 2 Oktober, kata NCA.
Nigeria adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, tetapi hanya sedikit dari 225 juta lebih penduduknya yang mendapat manfaat dari kekayaan alam itu.
Nigeria merupakan salah satu dari 13 negara anggota Organisation of Petroleum Exporting Countries (OPEC).*