Hidayatullah.com– Kejaksaan Turki melakukan penyelidikan atas kelompok media terkemuka, Dogan, dengan tuduhan menerbitkan propaganda teroris.
Penyelidikan dipusatkan pada penyiaran dari gambar yang tidak disensor yang memperlihatkan jenazah beberapa tentara Turki dan wawancara dengan seorang yang diduga anggota Partai Pekerja Kurdistan, PKK, yang terlarang.
Bentrok antara pasukan pemerintah dan para pejuang PKK marak kembali setelah ambruknya gencatan senjata bulan Juli lalu, yang sempat berjalan sekitar dua tahun, demikian kutip BBC.
Dogan antara lain memiliki CNN Turki dan surat kabar Hurriyet, yang kantornya pekan lalu diserang oleh sekelompok massa yang memekikkan slogan propemerintah.
Di situsnya, Hurriyet menuduh jaksa penuntut menelan sebuah laporan yang ‘penuh kebohongan’.
Pernyataan itu tampaknya merujuk pada berita di surat kabar propemerintah, Gunes, edisi 10 September yang menuduh bos Dogan, Aydin Dogan, menggunakan pengaruhnya untuk melindungi “teroris”.
Foto Palsu
Sehari sebelum penyelidikan ini, polisi juga menggerebek kantor majalah mingguan, Nokta, setelah edisi terakhirnya memuat foto narsis buatan, yang memperlihatkan seolah-olah Presiden Recep Tayyip Erdogan tertawa saat pemakaman para tentara yang tewas.
Polisi Turki menggerebek kantor majalah Nokta pada hari Senin 14 September lalu setelah sampulnya menampilkan Presiden Tayyip Erdogan sedang tersenyum sambil ‘selfie’ di depan peti mati prajurit.
Menurut majalah tersebut, gambar sampul menggambarkan kiasan bahwa keluarga tentara yang dibunuh oleh pemberontak Kurdi — patut berbangga, sebab orang yang mereka sayangi meninggal dunia sebagai martir.
“Polisi datang ke kantor kami pukul 01.30. Saya rasa salinan (majalah) Nokta akan disita,” tulis Kepala Editor Nokta Cevheri Guven di akun Twitter-nya. Polisi kembali lagi pagi, lalu membawa beberapa barang serta dokumen.
Berdasar laporan yang dirilis harian Hurriyet, Nokta telah menghina presiden serta menyebarkan propaganda terorisme. Pihak kejaksaan memerintah polisi melakukan pencarian dan menyita majalah yang sudah dicetak serta siap edar. Akun Twitter milik Nokta juga diblokir. Meski begitu, foto sampul halaman depan Nokta tersebut sudah menyebar luas di dunia maya.
Nokta pun menyatakan bahwa sampul depan majalah mereka itu terinspirasi foto selfie mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dengan latar ledakan perang Iraq pada 2013.
Nokta juga dianggap telah “membuat propaganda”, setelah majalah tersebut menerbitkan sampulnya secara online.
“Sampul majalah kami memang menjadi penyebab polisi menggerebek kami. Mungkin bagi sebagian orang, gambar sampul tersebut mengganggu atau bahkan kejam. Tapi, yang media kami lakukan bukan kejahatan, itu adalah bentuk kebebasan berbicara,” kata pernyataan Nokta seperti dikutip dari Reuters.
Turki saat ini menempati urutan ke-154 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers Dunia pada 2014. Sebelumnya, Erdogan menyetop layanan Twitter dan media sosial lainnya, seperti Facebook.
Editor majalah itu telah dibebaskan setelah ditahan selama beberapa jam oleh polisi Turki dengan tuduhan menghina Erdogan, koran Hurriyet Turki melaporkan.
Tahun 2007 Nokta dilarang beredar setelah menerbitkan artikel tentang plot dua kudeta militer yang terjadi di Turki pada 2004.
Lebih dari 40.000 orang telah tewas dalam pemberontakan Kurdi yang dimulai pada tahun 1984. Sebuah gencatan senjata mogok pada bulan Juli. PKK dianggap sebagai organisasi “teroris” oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa serta Turki.
Yang menarik, Koran terbesar di Jawa Timur, Jawa Pos, hari Selasa, 15 September 2015 membuat foto ‘selfi palsu’ Erdogan dengan judul “Heboh! Presiden Selfie Berlatar Peti Jenazah” yang mengesankan pemimpin Turki ini sedang gembira dengan latar belakaang peti jenazah.*/Abdul Naim