Hidayatullah.com—Pada hari-hari sebelum serangan terhadap Rumah Sakit Alma’madani (Baptis) Al-Ahli Al-Arabi di Gaza, yang menewaskan ratusan orang, gereja mendapat tiga perintah pihak penjajah ‘Israel’untuk mengevakuasi fasilitas tersebut, kata Gereja Anglikan di Yerusalem (Baitul Maqdis).
Setidaknya lebih 500 warga Palestina meninggal dalam serangan udara ‘Israel’di rumah sakit pada Selasa malam, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Penjajah yang semula membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun banyak bukti forensik dan tidak langsung yang menyatakan sebaliknya.
“Kami mendapat tiga perintah evakuasi dari rumah sakit, pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Rumah sakit itu dibom pada hari Selasa,” kata Uskup Agung Anglikan Hosam Naoum pada konferensi pers.
“Sebagian besar pesanan diberikan melalui telepon,” tambahnya.
Uskup agung menyebut ledakan di rumah sakit itu sebagai “kejahatan” dan “pembantaian.” “Kami sebagai pemimpin gereja selalu mewaspadai kekerasan akibat konflik Timur Tengah antara ‘Israel’dan Palestina saat ini,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang pihak yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut, Naoum berkata: “Apa yang kami tahu adalah apa yang kami lihat di televisi, dan kami bukan ahli militer yang menentukan pihak ini.”
“Yang kami tahu setidaknya ada banyak bangunan, rumah, dan banyak tempat yang dibom dalam serangan ‘Israel’,” tambahnya, berbicara tentang Gaza, tempat rumah sakit tersebut berada. “Ini adalah fakta di lapangan,” tambahnya.
Zionis telah membantah bertanggung jawab atas pengeboman rumah sakit tersebut, namun tentara yang memberikan peringatan sebelum hari Selasa memperkuat dugaan bahwa Zionis-lah yang melakukan serangan udara tersebut.
Rumah sakit ini dikenal sebagai rumah sakit Baptis karena alasan sejarah, namun berada di bawah Gereja Anglikan, atau Gereja Inggris, sejak awal 1980-an.
Gaza berada di bawah pemboman dan blokade penjajah ‘Israel’sejak 7 Oktober, dimulai ketika para pejuang Al-Qassam, sayap militer Hamas memulai “Operasi Badai Al-Aqsha”, sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke ‘Israel’melalui darat, laut, dan udara.
Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penodaan terhadap Masjid Al-Aqsha, meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ilegal ‘Israel’ dan banyaknya pelecehan pada wanita Muslim.
Militer Zionis kemudian melancarkan “Operasi Pedang Besi” terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza, dengan dukungan Amerika Serkat, Inggris, Prancis dan beberapa negara sekutunya.
Gaza mengalami krisis kemanusiaan yang parah karena tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan “penderitaan besar umat manusia.”
Setidaknya 3.478 warga Palestina syahid dalam serangan ‘Israel’ di Gaza, sementara angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di pihak ‘Israel’.*