Hidayatullah.com– Ekspor barang-barang kebutuhan esensial Turki ke Rusia, yang penting untuk produksi militer Moskow, telah mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2023.
Turki mencatat ekspor 45 barang senilai €144 juta, termasuk microchip yang ditandai sebagai “prioritas tinggi” oleh Amerika Serikat, ke Rusia dan lima “negara bekas Soviet” yang dicurigai bertindak sebagai perantara bagi Moskow kurun sembilan bulan pertama tahun 2023.
Angka itu tiga kali lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, melampaui rata-rata €26 juta dari tahun 2015 hingga 2021, lansir Euronews Senin (27/11/2023).
Meskipun ekspor dari negara-negara seperti Kazakhstan, Serbia, Turki, Armenia, Azerbaijan, dan Uzbekistan mengalami penurunan pada paruh kedua tahun 2023 dibandingkan awal tahun, namun ekspor ke Rusia tetap tidak mengalami penurunan, masih lebih tinggi dibandingkan masa sebelum perang dengan Ukraina.
Turki, bersama dengan Uni Emirat Arab, sering menjadi tujuan perantara bagi entitas Rusia yang ingin memanfaatkan rute impor multi-tahap untuk menghindari sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Barat.
Gawatnya situasi ini terletak pada kenyataan bahwa barang-barang prioritas tinggi yang diekspor ke Rusia konon juga digunakan dalam produksi rudal jelajah, drone, dan helikopter, menurut asesmen medan tempur oleh AS dan Uni Eropa.
Dinamika perdagangan ini dapat berdampak luas terhadap hubungan Turki dengan negara-negara Barat, terutama karena Ankara berupaya membeli jet tempur F-16 Amerika dan pada saat yang sama menghadapi tekanan dari AS dan Eropa perihal pendaftaran Swedia untuk bergabung masuk NATO.
AS dan UE berupaya membatasi impor oleh Rusia melalui negara-negara pihak ketiga – dengan kekhawatiran khusus terhadap perusahaan-perusahaan asal negara-negara seperti Kazakhstan, Serbia, Turki – yang melakukan ekspor ulang produk-produk berkegunaan ganda yang termasuk di dalam daftar sanksi AS dan Barat. Pasalnya barang-barang tersebut dapat dipergunakan militer Rusia untuk menyokong peperangannya di Ukraina.
Brian Nelson, wakil menteri keuangan AS untuk urusan terorisme dan intelijen keuangan, dijadwalkan mengunjungi Turki pekan ini untuk membahas langkah-langkah pencegahan terhadap kegiatan finansial yang mungkin mendukung peperangan Rusia.*