Hidayatullah.com– Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan Cho Gyu-hong, hari Selasa (5/12/2023), menyodorkan rancangan program pemerintah untuk menekan angka bunuh diri yang saat ini termasuk tertinggi di kalangan negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Pemerintah membuat program perawatan kesehatan mental yang diperluas untuk menurunkan angka bunuh diri di Korea Selatan dari 25,2 per 100.000 orang tahun lalu menjadi rata-rata anggota OECD sebesar 10,6 dalam 10 tahun ke depan.
“Pemerintah akan melakukan investasi agresif agar masyarakat dapat menerima layanan kesehatan mental kapan saja dan di mana saja, sekaligus memungkinkan pasien gangguan jiwa menerima perawatan yang tepat dan hidup rukun dengan warga lainnya di lingkungan mereka,” kata Menteri Kesehatan Cho Kyoo-hong di Kompleks Pemerintahan Pusat di Seoul, lapor kantor berita Yonhap Selasa (5/12/2023).
Melalui program ini, pemerintah pada tahap awal tahun depan akan memberikan layanan konseling psikologis kepada 80.000 orang penderita penyakit mental, dan akan memperluas jumlahnya menjadi 1 juta pada tahun 2027, demikian kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah juga berencana untuk menawarkan pemeriksaan kesehatan mental bagi generasi muda berusia 20-34 tahun setiap dua tahun, guna mendeteksi tanda-tanda awal penyakit mental, seperti depresi dan skizofrenia. Saat ini, pemeriksaan seperti itu diberikan 10 tahun sekali.
Selain itu, pemerintah akan mewajibkan pendidikan pencegahan bunuh diri bagi masyarakat umum mulai Juli 2024 dan memperkuat program pendidikan bagi pekerja di fasilitas kesejahteraan sosial untuk tujuan yang sama, imbuh pernyataan itu.
Angka kematian di Korea Selatan tahun ini naik sekitar 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode Januari-Juni, terutama disebabkan oleh kesulitan keuangan akibat pandemi Covid-19. Sebanyak 6.936 orang melakukan bunuh diri pada semester pertama, naik 8,8 persen dari tahun sebelumnya, menurut Korea Foundation for Suicide Prevention.
Korea memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara 34 negara anggota OECD yang disurvei, dan menduduki posisi teratas sejak tahun 2003.
Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien dengan penyakit mental berat, pemerintah akan menambah jumlah pusat darurat layanan kesehatan mental di seluruh negeri pada tahun 2025 dan mulai mengizinkan rumah sakit umum menerima biaya pengobatan yang lebih tinggi untuk perawatan pasien tersebut di bangsal tertutup pada bulan Januari.
Pemerintah mengatakan akan mempertimbangkan apakah otoritas kehakiman mempunyai hak untuk mengirim penderita sakit jiwa yang berisiko membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain ke rumah sakit demi keselamatan publik.*