Hidayatullah.com– Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi UNHCR mengatakan lebih dari 7,5 juta orang menjadi pengungsi selama 9 bulan perang saudara yang pecah pada 2023.
Sejak perang pecah pada pertengahan April 2023, jutaan orang meninggalkan rumah demi keselamatan nyawanya, bahkan banyak di antara mereka yang harus berpindah berkali-kali ke tempat lain.
Dari jumlah itu, sebanyak 1,3 juta orang merupakan pengungsi dan lebih dari 6 juta merupakan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal di negerinya sendiri atau pengungsi internal, lansir RFI Rabu (10/1/2024).
Pertambahan pengungsi begitu cepat di bulan-bulan terakhir sehingga bantuan kemanusiaa, dengan keterbatasan dana, kesulitan untuk mencapai masyarakat yang membutuhkannya.
Bulan lalu, ratusan ribunorang melarikan diri dari pertempuran di negara bagian El Gezira (Al Jazira) yang berada di tenggara ibu kota Khartoum.
“Kami juga sangat khawatir dengan laporan eskalasi konflik di daerah Darfur,” kata jubir UNHCR dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP.
“Pada 16 Desember terjadi lagi pertempuran di El Fasher, di Darfur Utara, yang menelan korban nyawa warga sipil, korban terluka, lebih banyak lagi orang yang kehilangan tempat tinggal, diperparah dengan penjarahan atas rumah-rumah dan toko-toko, serta penangkapan para pemuda.”
Di Nyala, Darfur Selatan, dilaporkan terjadi serangan udara yang mengakibatkan kematian dan korban luka, serta kehancuran rumah-rumah warga sipil.
Kepanikan merebak di kalangan penduduk sipil di Wad Madani, di mana orang-orang berusaha meninggalkan kota itu dengan menaiki kendaraan maupun berjalan kaki. Sebagian dari mereka sudah berpindah tempat dua kali dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut organisasi PBB urusan migrasi, International Organisation for Migration (IOM), sekitar 250.000 sampai 300.000 orang sudah meninggalkan Wad Madani dan daerah sekitarnya sejak pertempuran terjadi belakangan ini.
UNHCR berusaha mengirimkan bantuan ke orang-orang yang baru kehilangan tempat tinggal dari daerah El Gezira berpindah ke negara bagian Sennar dan Gedaref.
Apabila pertemuan terus berlangsung dan menyebar ke negara bagian Nil Putih, UNHCR akan semakin kesulitan mengirimkan bantuan ke lebih dari 437.000 pengungsi asal Sudan Selatan dan sekitar 433.000 warga Sudan yang menjadi pengungsi di negaranya sendiri.
Terdapat laporan penumpukan jumlah orang yang ingin berpindah ke Sudan Selatan di kota perbatasan Renk, meskipun daerah itu sudah penuh sesak.
Hujan deras menambah kesulitan tersendiri bagi petugas pengiriman bantuan kemanusiaan dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
Pendanaan yang dikumpulkan PBB dari donasi tidak mencukupi.
Seruan PBB lewat 2023 Sudan Regional Refugee Response Plan untuk pengumpulan dana $1 miliar bagi 1,8 juta orang di Chad, Republik Afrika Tengah, Mesir, Ethiopia dan Sudan Selatan, sejauh ini hanya mendapatkan sekitar 38 persen dari jumlah itu.*