Hidayatullah.com– Seorang pria yang divonis bersalah menggunakan mobil pikupnya untuk membunuh empat orang anggota keluarga Muslim, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh hakim di Kanada.
Nathaniel Veltman, 23, pada November 2023 dinyatakan bersalah atas empat dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan satu percobaan pembunuhan.
Para korban Veltman adalah Salman Afzaal (46); istrinya Madiha Salman (44); putri mereka Yumna (15) serta neneknya Talat Afzaal (74). Anak lelaki pasangan itu yang berusia 9 tahun nyawanya selamat meskipun mengalami luka parah.
Jaksa penuntut mengatakan Veltman dengan sengaja menabrakkan truk pikup yang dikendarainya ke arah keluarga Afzaal yang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal mereka pada 6 Juni 2021, dengan tujuan mengintimidasi kaum Muslim agar angkat kaki dari Kanada.
Tim pembela terdakwa berusaha menunjukkan Veltman sebagai penderita gangguan jiwa sehingga tidak layak diproses hukum.
Hakim Renee Pomerance, yang memimpin persidangan, membacakan putusan hukuman di ruang persidangan yang penuh dihadiri pengunjung di London, Ontario, pada hari Kamis (22/2/2024).
Di Kanada, orang dewasa yang menjadi terdakwa dan divonis bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama secara otomatis akan diganjar hukuman penjara seumur hidup tanpa kesempatan untuk mengajukan pembebasan dini selama 25 tahun.
Kasus ini merupakan persidangan pembunuhan tingkat pertama di Kanada yang untuk pertama kalinya diproses dengan menggunakan UU anti-terorisme.
Dalam putusannya, hakim Pomerance menyatakan tindakan Veltman dapat dikategorikan sebagai aksi terorisme dan kesadisan pembunuhan yang dilakukannya layak diganjar dengan hukuman terberat menurut hukum yang berlaku di Kanada.
“Pelaku tidak mengenal para korban. Dia tidak pernah bertemu denganmereka. Dia membunuh mereka karena mereka Muslim,” kata hakim wanita itu, seraya menambahkan bahwa mungkin ada orang yang akan menganggap tindakannya sebagai contoh panutan dari motif dan niat teroris.
Hakim Pomerance mengatakan Veltman banyak mengkonsumsi konten ektremis sayap kanan yang menjadi inspirasi bagi sejumlah pelaku pembunuhan massal.
“Dalam pernyataannyabkepada polisi, pelaku dengan jelas menyatakan bahwa dia ingin agar dunia mengetahui apa yang telah dilakukannya dan kenapa dia melakukannya. Ini merupakan bagian dari sebuah perencanaan,” kata hakim.
“Dia ingin mengintimidasi masyarakat Muslim. Dia ingin mengikuti langkah para pelaku Pembunuhan massal lain, dan dia ingin menginspirasi orang lain untuk melakukan aksi pembunuhan serupa.”
Dalam kesaksiannya di persidangan, Veltman mengaku mempertimbangkan untuk menggunakan mobil pikupnya untuk melakukan serangan. Dan dia merasa “harus” menabrak keluarga Afzaal setelah melihat mereka sedang berjalan kaki di trotoar. Dia mengetahui mereka adalah Muslim dari pakaian yang mereka pakai dan dia melihat pria dewasanya berjenggot.
Juri di persidangan ditunjukkan bukti rekaman pemeriksaan kepolisian, di mana Veltman mengatakan kepada seorang detektif bahwa serangan yang dilakukannya didorong oleh keyakinan nasionalisme kulit putih dan dia menulis sebuah manifesto yang menggambarkan dirinya sebagai penganut ideologi supremasi kulit putih beberapa pekan sebelum serangan tersebut.
Christopher Hicks, pengacara pembela Veltman, mengatakan pihaknya belum memutuskan untuk mengajukan banding atau tidak, lapor Associated Press.*