Hidayatullah.com–Geng-geng bersenjata menyerbu permukiman orang kaya di ibu kota Haiti hari Senin (18/3/2024), sementara masyarakat menemukan puluhan mayat tergeletak di jalan.
Dilansir Euronews, geng-geng bersenjata menjarah rumah-rumah di Laboule dan Thomassin sebelum matahari terbit, memaksa penduduk lari menyelamatkan diri sementara sebagian menghubungi stasiun radio meminta supaya polisi datang.
Sejak akhir Februari di kota Port-au-Prince marak aksi kekerasan oleh geng-geng bersenjata.
Seorang fotografer yang bekerja untuk kantor berita Associated Press mendokumentasikan sedikitnya 12 mayat tergeletak di jalan di Pétionville, terletak di bawah Laboule and Thomassin, yang sebelumnya masih belum tersentuh aksi kekerasan geng bersenjata.
Sebuah ambulans tampak mengumpulkan mayat-mayat yang semuanya laki-laki itu.
“Kami bangun pagi tadi dan menemukan mayat-mayat di jalan kampung kami Pétionville,” kata Douce Titi, pegawai kantor walikota setempat. “Ininbukan wajah kampung kami. Kami akan mulai menyingkirkan mayat-mayat itu sebelum anak-anak mulai berjalan kaki pergi ke sekolah dan para pedagang berdatangan.”
Aksi kekerasan oleh geng-geng bersenjata terus berlangsung meskipun PM Ariel Henry sudah mengundurkan diri. Geng-geng Haiti menentang Henry duduk di kursi kekuasaan karena mereka merasa tidak pernah memilihnya sebagai pemimpin dan rakyat menyalakan dia atas kemiskinan yang menggelayuti negeri itu.
Para pengkritik geng-geng menuding mereka ingin merebut kekuasaan di Haiti untuk diri mereka sendiri atau untuk politisi yang berada di belakang mereka.
Hari Senin, perusahaan listrik mengumumkan bahwa empat stasiun pembangkit di ibukota dari lainnya “dirusak sehingga tidak dapat berfungsi sama sekali.”
Negara-negara di kawasan Karibia berusaha membantu mencari solusi untuk memulihkan ketertiban dan keamanan di Haiti dan membantu pembentukan pemerintahan transisi. Namun, partai-partai politik di Haiti sendiri masih saling sikut dan jegal untuk mendapatkan tempat di pemerintahan.
Sementara itu, rencana pengiriman pasukan kepolisian asal Kenya yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membantu memulihkan ketertiban di Haiti ditunda. Pemerintah Kenya mengatakan pihaknya baru akan mengirimkan petugas kepolisian setelah dewan pemerintahan transisi terbentuk.
Guna meredam aksi kekerasan, pemerintah Haiti pada hari Ahad mengumumkan perpanjangan aturan jam malam sampai 20 Maret.*