Hidayatullah.com– Pengurangan atau pemberhentian penerimaan mahasiswa asing di Universitas Maastricht dan perguruan tinggi lain di wilayah Limburg, Belanda, justru akan berdampak buruk bagi perekonomian setempat.
Hal itu dikemukakan oleh kepala-kepala daerah di Limburg, Universitas Maastricht, hogeschool (hbo – perguruan tinggi ilmu terapan) serta serikat sekolah.
Organisasi-organisasi itu menulis surat kepada Menteri Pendidikan Belanda Robbert Dijkgraaf dan empat pihak yang terlibat dalam perumusan kebijakan pengurangan mahasiswa asing di berbagai perguruan tinggi Belanda. Mereka takut kebijakan itu justru akan “memporak-porandakan” pendidikan di Limburg.
Mereka berargumen bahwa posisi mereka tidak dapat dibandingkan dengan situasi kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam dan Utrecht, di mana terjadi kekurangan akomodasi dan kepadatan ruang kuliah sehingga memicu proposal pengurangan jumlah mahasiswa asing.
“Kami tidak menghadapi masalah-masalah tersebut di Limburg,” kata André Postema dari Zuyd Hogeschool kepada Radio 1 News seperti dilansir Dutch News Jumat (22/3/2024).
“Para pelajar justru merupakan solusi, bukan masalah di sini di Limburg,” kata Postema.
“Populasi kami menyusut dan semakin sedikit bayi yang dilahirkan di sini dan di daerah lain di negeri ini. Kita membutuhkan pelajar-pelajar asing supaya tetap berfungsi,” tegasnya.
Hanya 24% wilayah Limburg yang berbatasan dengan daerah lain di Belanda, kata surat yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan itu. “Ini artinya bahwa kami harus melihat ke luar dari perbatasan untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah kami.”
“Institusi-institusi pendidikan dan perusahaan-perusahaan di Limburg secara tradisional memiliki orientasi internasional yang kuat, dan mereka memainkan oeran penting di kawasan tersebut. Kontribusi mereka di bidang pembangunan sosial, ekonomi dan budaya Limburg sangat berarti.”
Asosiasi universitas hogeschool di Belanda sudah merancang kebijakan mereka sendiri untuk mengurangi jumlah pelajar asing sebelum pemerintah bertindak.
Saat ini satu dari tiga mahasiswa baru tingkat sarjana berasal dari luar negeri dan 30% dari seluruh perkuliahan tingkat sarjana disampaikan dalam bahasa Inggris dan situasi itu harus diubah demi memberikan peluang yang lebih besar kepada para pemuda Belanda, menurut pandangan pemerintah.*