Hidayatullah.com—Polisi Jerman mengerahkan banyak pesonelnya di kota Dresden menyusul ledakan yang terjadi di sebuah masjid dan gedung pertemuan hari Senin lalu. Serangan itu terjadi kurang dari sepekan menjelang perayaan tahunan penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur.
Dilansir Deutsche Welle Selasa (27/9/2016), tambahan personel polisi dikerahkan di sekitar tiga masjid dan musholah-musholah di Dresden, menyusul ledakan bom oleh para pelaku yang diduga anti orang asing.
Keamanan juga akan ditingkatkan saat peringatan Hari Unifikasi Jerman, yang digelar di kota itu pada 3 Oktober di mana acara akan di hadiri oleh Presiden Joachim Gauck dan Kanselir Angela Merkel, kata para pejabat.
“Kami sekarang beralih ke mode krisis,” kata Kepala Kepolisian Dresden Horst Kretzschmar, seraya menambahkan bahwa belum ada seorang pun yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan-ledakan tersebut.
Senin malam, dua bom kecil diledakkan di depan sebuah masjid dan sebuah gedung pertemuan, yang akan dipakai untuk acara perayaan unifikasi Jerman ke-26 tahun ini.
Ledakan pertama terjadi pada pukul 9:53 malam waktu setempat, di luar sebuah masjid di daerah Cotta. Saat kejadian di dalam masjid ada seorang imam, bersama istri dan dua anaknya.
Sekitar setengah jam kemudian, ledakan kedua terdengar di luar gedung International Congress Center, sehingga polisi mengevakuasi orang-orang dari Hotel Maritim yang berada di dekatnya.
Menurut media Jerman, masjid dan gedung pertemuan itu mengalami kerusakan, tetapi tidak ada yang terluka.
Ledakan terjadi juga bertepatan dengan akan diselenggarakannya perayaan tahun ke-10 berdirinya German Islam Conference di Berlin, sebuah forum yang dibentuk sebagai wadah dialog antara pemerintah dengan komunitas Muslim.
Dresden tahun-tahun belakangan mendapat sorotan tajam berkaitan dengan meningkatnya aktivitas kelompok xenofobia dan politik kanan jauh, diawali dengan kelahiran organisasi anti-Islam Pegida di kota itu pada Oktober 2014. Ledakan hari Senin kemarin terjadi tidak lama setelah kelompok rasis itu menggelar pawai rutinnya di jalan-jalan kota tersebut.
Negara bagian Saxony belakangan kerap mengalami bentrokan fisik antara migran dan pengungsi dengan kelompok warga Jerman yang tidak menyukai kehadiran orang asing di lingkungannya.*