Hidayatullah.com–Turki tidak akan pernah melupakan sembilan warga Turki tewas ketika pasukan Zionis Israel menyerbu armada bantuan Gaza, Perdana Menteri Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Sabtu (23/7), sesaat menjelang penyerahan laporan PBB mengenai serangan tahun lalu.
Dalam pidato pada Konferensi Para Duta Besar Asing untuk wilayah Palestina di Istanbul, Erdogan mengutuk berlanjutnya blokade terhadap Gaza sebagai “ilegal dan tidak manusiawi”. Ia mengatakan, masalah Palestina juga masalah Turki, sehingga tidak akan diabaikan.
Erdogan membuka pidatonya dengan menyebut nama-nama korban tewas dalam serangan di feri Mavi Marmara feri, yang memimpin aktivis armada bantuan.
“Kami belum lupa, kami juga tidak akan lupa, pengorbanan diri saudara kami, kenangan mereka, dan pembantaian yang diarahkan kepada mereka,” katanya.
Turki menarik duta besarnya di Israel setelah insiden Mei 2010, juga menangguhkan kerjasama militer, dan menutup wilayah udaranya untuk pesawat militer Israel.
Negara itu ingin Zionis meminta maaf atas pembunuhan, membayar kompensasi kepada keluarga, dan mengakhiri embargo Gaza.
Untuk sebagian, Israel telah setuju untuk membayar kompensasi, tetapi Zionis masih saja beralasan, marinir mereka bertindak untuk membela diri setelah para penumpang di kapal menyerang dengan pisau dan memukul.
Amerika Serikat berharap dua sekutu itu (Turki dan Israel) berteman lagi. Tapi Turki menyebutkan, kalau toh mereka mencapai kata sepakat menutup kasus insiden Mavi Marmara, simpati untuk Palestina dan kesiapan untuk melibatkan Hamas, akan memungkinkan hubungan keduanya tidak akan bebas dari ketegangan.
“Kita harus menemukan solusi untuk masalah Israel-Palestina atas dasar model dua-negara. Yerusalem Timur sebagai ibukota negara, Palestina merdeka berdaulat, dan layak, adalah apa yang kita inginkan,” kata Erdogan pada konferensi itu.*