Hidayatullah.com – Turki mengatakan bahwa Israel telah menghalangi upayanya untuk menyalurkan bantuan lewat udara ke Gaza, dan bersumpah untuk mengambil serangkaian tindakan baru terhadap negara tersebut pada Senin (09/04).
“Hari ini kami mengetahui bahwa permintaan kami… ditolak oleh Israel. Tidak ada alasan bagi Israel untuk menghalangi upaya kami untuk mengangkut bantuan bagi warga Gaza yang kelaparan,” kata Menteri Luar Negeri Hakan Fidan.
“Kami memutuskan untuk mengambil serangkaian tindakan baru terhadap Israel,” katanya, seraya menambahkan bahwa tindakan tersebut akan dipublikasikan oleh lembaga-lembaga terkait.
Fidan mengatakan bahwa respon Ankara yang disetujui oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, seorang pendukung vokal perjuangan Palestina, akan diimplementasikan “selangkah demi selangkah” dan “tanpa penundaan”.
“Langkah-langkah ini akan diberlakukan sampai Israel mengumumkan gencatan senjata dan mengizinkan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza tanpa gangguan,” ujar sang menteri.
Erdogan telah menjadi salah satu pengkritik paling vokal genosida Israel di Gaza.
Dia bahkan mencap Israel sebagai “negara teroris” dan membandingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler sambil menyebut Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, sebagai “kelompok pembebasan.”
Israel akan Serbu Rafah yang Penuh Pengungsi
Gembong Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya telah menetapkan tanggal untuk melancarkan serangan darat di Rafah, yang menurut Israel adalah salah satu benteng pertahanan terakhir Hamas di Gaza.
Sekitar 1,5 juta warga Gaza berlindung di kota tersebut, yang sejauh ini belum pernah mengalami serangan darat Israel berskala besar.
Netanyahu tidak mengatakan kapan invasi akan dilakukan, namun menegaskan bahwa kemenangan atas militan Hamas “membutuhkan masuknya Israel ke Rafah dan penghapusan batalyon-batalyon teroris di sana.
“Itu akan terjadi – ada tanggalnya,” katanya dalam sebuah pernyataan video.
Ia berbicara ketika pembicaraan di Kairo mengenai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan penyanderaan tampaknya mulai mendapatkan momentum.
Menyusul komentar Netanyahu, AS mengatakan bahwa mereka masih menentang serangan besar Israel ke Rafah.
Dengan sekitar 1,5 juta warga Palestina berlindung di Rafah, “kami telah menjelaskan kepada Israel bahwa menurut kami invasi militer berskala besar ke Rafah akan memiliki efek yang sangat berbahaya bagi warga sipil dan pada akhirnya akan merugikan keamanan Israel,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, kepada para wartawan.*
Baca juga: Turki Menyangkal Tuduhan Ekspor Amunisi dan Senjata ke ‘Israel’