Hidayatullah.com – Awal Agustus ini sebuah sejarah baru tercetak, untuk pertama kalinya ratusan sufi-sufiyah dari Jam’iyyah Ahl al-Ṭarīqah al-Mu’tabarah al-Nahḍiyyah atau biasa disingkat JATMAN menggelar kegiatan besar di Pondok Pesantren Al Fatah, Temboro.
Kehadiran 800 warga JATMAN di ponpes yang diasuh oleh KH. Ubaidillah Ahror itu merupakan bagian dari Turba (turun ke bawah) di empat titik: Madura Raya, Kraksaan, Temboro, dan Malang.
“Kehadiran kami (JATMAN Jatim) untuk belajar, bukan hendak mengubah yang sudah berlaku di sini (di Pondok Temboro),” ujar KH. Fathul Huda Asy-Syadziliyy, Rois Idaroh Wustha JATMAN Jatim dalam acara tersebut pada Ahad (04/08/2024).
“Pondok Temboro ini kalau sudah masuk waktu shalat semua toko tutup. Kita (para hadirin) hentikan sementara acara kita untuk shalat di Masjid (tempat Turba) ini,” lanjut Fathul Huda.
Mantan bupati Tuban itu mengungkapkan bahwa ia telah memiliki kekaguman dengan pondok Jamaah Tabligh di Temboro sejak lama.
“Saya sudah punya azzam untuk hadir di Pondok ini sejak 5 tahun lalu karena saya kagum dengan pondok ini,” ungkapnya. Ada empat hal yang Kyai Huda kagumi dari Temboro, yang pertama keikhlasan, ghiroh tabligh, tawadhu, dan ruangan untuk dzikir.
Bahkan, menurut pria yang akrab dipanggil Kyai Huda itu menyebut permasalahan bangsa ini, termasuk NU, bakal selesai jikala mengadopsi keikhlasan pondok Al-Fatah Temboro.
“Yang menjadikan kacau balau adalah hilangnya ikhlas, yang bicara bukan hati tapi nafsu. Dari sebuah komunitas saja bisa mengubah dunia karena punya energi ikhlas,” tandas Kyai Huda.
Jalin silaturahmi dengan Temboro
Sebelumnya, pada bulan Juni 2024, sejumlah tokoh JATMAN Jatim yang meliputi Agus H. Brilly, Moch. Yusuf Afandy, K.H. Abdul Wahib, dan K.H. M. Ma’shum Maulani.
Secara kronologis Temboro yang diasuh KH Ubaidillah Ahror atau yang biasa dipanggil Gus Bed memang belum akrab dengan JATMAN maupun thoriqoh-thoriqoh.
Namun dalam sesi ramah tamah bakda rapat, Gus Bed mengenang sang kakek yang semasa hidup memfasilitasi para mursyid thoriqoh di Ndalem Kasepuhan ini.
“Saya berharap dengan JATMAN difasilitasi Temboro akan terjalin peluang-peluang dakwah yang lebih. Kita (baca: Temboro) memang membuka dakwah sampaipun kepada nonmuslim. Kasihan mereka kalau sampai tidak mendapat dakwah, sama-sama keturunan Nabi Adam. Kalau kita dihisab Alloh (gara-gara tidak mendakwahi non-muslim) kan bahaya,” ujar KH Ubaidillah.
“Saya melalui acara JATMAN ini ingin kita bangun ukhuwwah insaniyyah, selain dakwah,” pesan KH Ubaidillah menjelang kepulangan delegasi JATMAN.*