Hidayatullah.com– Kementerian Luar Negeri Bolivia, hari Sabtu (2/11/2024) menuding para pendukung mantan presiden Evo Morales menyandera lebih dari 200 tentara.
Para pengunjuk rasa mulai memblokir jalan tiga pekan lalu guna mencegah penangkapan terhadap Morales yang dikenai sejumlah dakwaan, yang menurut mereka bermotif politik.
Kementerian Luar Negeri Bolivia mengatakan tiga unit militer di Provinsi Chapare diserang oleh kelompok tidak dikenal pada hari Jumat (1/11/2024).Para penyerang menyandera “lebih dari 200 personel militer” dari tiga barak, kata kementerian, seraya menambahkan bahwa “mereka juga merampas senjata dan amunisi.”
Kementerian menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk berdialog dengan “seluruh sektor di negara ini”, tetapi memperingatkan bahwa proses tersebut “tidak dapat dilaksanakan jika rakyat Bolivia terus menjadi korban pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ini yang tidak peduli dengan perekonomian nasional dan kerakyatan, dan hanya ingin mewujudkan kepentingan pribadi dan elektoral seorang mantan presiden.”
Pemerintah telah mengirim pasukan ke daerah Cochabamba untuk membantu polisi setempat membersihkan blokade jalan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa, lansir DW.
Pekan lalu, 30 petugas polisi terluka dan lebih dari 50 pengunjuk rasa ditangkap setelah terjadi ketegangan antara pasukan keamanan dan pendukung Morales.
Pada Jumat malam, Morales mendesak para pendukungnya untuk mengakhiri pemblokiran jalan guna menghindari pertumpahan darah, dan sebaliknya dia akan melakukan mogok makan sampai kedua pihak mulai berunding.
Morales, 65, menjadi orang asli pribumi pertama yang terpilih menjadi Bolivia pada tahun 2006 sebagai pemimpin partai sayap kiri MAS.
Pada 2019, dia mengundurkan diri di tengah maraknya tuduhan kecurangan dalam pemilu.
Meskipun dilarang mencalonkan diri lagi, Morales bermaksud menantang bekas sekutu politiknya, presiden Bolivia saat ini, Luis Arce dalam pemilihan ketua MAS dalam pemilihan internal partai bulan Agustus tahun depan.
Beberapa hari setelah dia memimpin aksi turun ke jalan di ibu kota Bolivia, LaPaz, dalam rangka memprotes kebijakan Arce, pihak kejaksaan melayangkan sejumlah tuduhan terhadap Morales pemerkosaan, perdagangan manusia dan penyelundupan manusia, dalam kaitannya dengan dugaan hubungan asmaranya dengan seorang gadis berusia 15 tahun pada 2016.
Morales membantah tuduhan-tuduhan tersebut dan menolak hadir di pengadilan.
Pekan lalu, Morales mengklaim lolos dari percobaan pembunuhan setelah sekelompok orang tak dikenal menembaki mobilnya.*