Hidayatullah.com– Para dokter keluarga dan tenaga kesehatan lainnya, hari Selasa (5/11/2024), memulai aksi mogok kerja selama tiga hari.Aksi protes tersebut dipicu oleh kebijakan pemotongan gaji yang diberlakukan atas karyawan klinik-klinik keluarga, yang disebabkan adanya skema insentif baru.
Berdasarkan skema upah terbaru, pendapatan mereka akan dipotong sampai 30 persen. Sebagai kompensasi, sistem insentif baru menawarkan gaji tambahan berdasarkan jumlah pasien yang ditangani oleh masing-masing dokter keluarga.
Turkish Medical Association berargumen bahwa ketentuan baru itu lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas dan memandang remeh pekerjaan dan kesejahteraan para dokter keluarga, lansir Hurriyet Daily News Selasa (5/11/2024).
Asosiasi itu menuntut gaji dokter keluarga harus terdiri dari satu komponen saja dan potongan untuk dana pensiun mereka kelak tidak melebihi dari 20 persen.
Asosiasi itu menegaskan bahwa pihaknya mendukung serikat-serikat dokter keluarga yang akan melakukan mogok kerja dari tanggal 5 sampai 7 November.
Para perawat dan bidan juga ikut serta dalam aksi mogok para dokter itu, meskipun jumlahnya tidak diketahui pasti.
Para dokter yang bekerja di klinik keluarga, di mana warga Turki biasanya meminta pemeriksaan medis untuk penyakit ringan atau sebagai rujukan pertama, menerima gaji paling rendah dibandingkan dokter lainnya di Turki.
Menurut profil Turkish Association of Family Physicians (TAHUD) di situs web asosiasi dokter keluarga Wonca Europe, saat ini setiap orang dari 80 juta populasi Turki terdaftar di seorang dokter keluarga, yang sebagiannya merupakan dokter spesialis dalam bidang kedokteran keluarga dan sebagian lainnya adalah tenaga kesehatan pemegang sertifikat pelatihan singkat dengan keterampilan kerja sebagai dokter keluarga. Hampir semua bekerja di klinik kesehatan (semacam puskesmas di Indonesia), dan mereka masing-masing dikontrak oleh Kementerian Kesehatan dengan deskripsi tugas yang sama tetapi ada perbedaan di sisi upah dan wewenang untuk mengeluarkan resep obat.*