Hidayatullah.com—Presiden China, Xi Jinping, melontarkan pernyataan keras yang mengkritik dominasi global Amerika Serikat dan membandingkannya dengan kejatuhan imperium-imperium besar dalam sejarah.
Dalam pernyataan yang dikutip oleh GTV News, Xi menegaskan bahwa dunia tidak bergantung pada satu negara saja, termasuk Amerika Serikat.
“Jika Amerika kehilangan rasa hormat dari dunia, maka ia akan menyadari apa yang setiap imperium yang runtuh pelajari terlalu terlambat: dunia akan terus berjalan. Selalu,” ujar Xi dalam pernyataan tertulisnya yang disiarkan pada Selasa (17/6/2025).
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan global akibat konflik militer antara Israel dan Iran, serta keterlibatan militer AS dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Xi menggunakan momen ini untuk mengingatkan bahwa kekuasaan global tidak bersifat abadi.
Pelajaran dari Sejarah Imperium Dunia
Xi mengangkat sejarah kejatuhan tiga kekaisaran besar dunia sebagai cermin bagi Amerika Serikat. Ia menyebut: “Seratus tahun lalu, Kekaisaran Inggris menguasai lebih dari 20 persen kekayaan dunia. Dua ratus tahun lalu, Prancis di bawah Napoleon menguasai Eropa. Empat ratus tahun lalu, Spanyol mengendalikan armada global dari Manila hingga Meksiko,” tulis Xi.
Namun, menurutnya, semua itu berakhir karena kekuasaan yang tidak dibangun atas dasar legitimasi dan kepercayaan.
“Kekuasaan akan surut, pengaruh akan berpindah, dan legitimasi akan mati begitu ia dianggap sebagai hak, bukan sesuatu yang harus diperjuangkan,” tegasnya.
Xi menilai bahwa kekuasaan sejati hanya bisa bertahan jika dibangun melalui rasa hormat dan kolaborasi — bukan melalui dominasi sepihak.
Kritik terhadap Campur Tangan Global AS
Pernyataan Xi ini dipandang sebagai kritik terbuka terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat, khususnya di Timur Tengah. Meski tidak secara eksplisit menyebut serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran pada 16 Juni lalu, Xi dengan tegas menolak gagasan bahwa dunia bergantung pada satu negara.
“Dunia bisa berjalan tanpa Amerika Serikat,” kata Xi.
Di tengah konflik yang terus memanas antara Iran dan ‘Israel’, pernyataan Xi dianggap sebagai sinyal kuat bahwa China ingin menggeser tatanan dunia dari sistem unipolar (satu kekuatan) menuju sistem multipolar yang lebih berimbang.
Tawarkan Tatanan Baru
Pernyataan Xi juga mencerminkan ambisi strategis China untuk memperluas pengaruh globalnya. Dalam konteks dunia yang mulai jenuh terhadap dominasi Amerika, China hadir menawarkan narasi alternatif: tatanan internasional yang tidak dibangun di atas warisan kolonialisme atau kekuatan militer.
“Legitimasi akan mati jika dianggap sebagai hak, bukan diperoleh melalui usaha,” ujar Xi, menyiratkan bahwa AS tidak lagi bisa mengklaim kepemimpinan dunia secara sepihak.
GTV News mencatat bahwa pernyataan Xi ini bukan disampaikan di forum resmi, melainkan melalui platform digital, sebagai upaya menjangkau masyarakat internasional secara langsung.
Respons Global
Pernyataan Xi Jinping menimbulkan beragam tanggapan di panggung internasional. Sebagian pengamat melihatnya sebagai bentuk tantangan terhadap dominasi AS, sekaligus penegasan bahwa China siap mengambil peran sebagai pemimpin global baru.
Namun, sebagian lainnya melihat ini sebagai strategi oportunis di tengah krisis Timur Tengah.
Dengan eskalasi konflik Iran–‘Israel’ yang belum reda dan keterlibatan Amerika Serikat yang makin dalam, dunia kini berada di persimpangan: mempertahankan dominasi lama atau membuka jalan bagi keseimbangan baru dalam politik global.*