Hidayatullah.com– Ahad, 20 Maret 2016, bertempat di Madrasah Ibtidayah Sultan Agung, diadakan kegiatan Majelis Mua’allimil Qur’an (MMQ). Acara diikuti oleh guru-guru pengajar baca tulis al-Qur’an metode Qiroati se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih kurang 100 orang ustadz-ustazdah Qiroati menghadiri acara tersebut.
Mushahihul Khasanat, SPdI, koordinator Tempat Pendidikan Qur’an (TPQ) Sultan Agung yang juga salah satu guru di madrasah tersebut mengatakan, MMQ adalah wadah silaturahim berlangsungnya kegiatan membaca al-Qur’an secara tartil, dari juz 1-30. MMQ diadakan rutin sebulan sekali secara bergilir pada tempat yang menjadi TPQ metode Qiroati.
MI Sultan Agung sendiri menerapkan metode Qiroati dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an kepada siswa-siswanya dari kelas 1-6.
Acara MMQ berlangsung pada pukul 08.00-12.00 WIB. Kegiatan dimulai dengan membaca al-Qur’an dengan membagi kelompok berdasarkan juz. Kemudian dilanjutkan dengan musyawarah yang dipimpin oleh Koordinator Cabang (Korcab) Qiroati Yogyakarta.
Dalam pidato sambutannya, Kepala Madrasah Sultan Agung, Mukhson SPdI mengatakan, dengan diadakan MMQ ini diharapakan terjalin silaturahim dan koordinasi yang erat di kalangan pengajar Qiroati.
Sistem Pengajaran
Mengawali sesi musyawarah, salah seorang ustadz membaca “Dawuh-Dawuh Kyai Dahlan Salim Zarkasyi”. Kyai Dahlan Salim Zarkasyi adalah orang pertama yang mengenalkan metode Qiroati. Pembacaan itu dimaksudkan untuk menyegarkan kembali semangat para ustadz dan ustadzah, agar dalam mengajar Qiroati tetap pada niat, visi, dan misi yang dipesan oleh kyai.
Salah satu dawuh (pesan) Kyai Dahlan yang dibacakan berbunyi, “Saya tidak jual buku, Saya ingin anak-anak nanti ngajinya benar. Kalau saya jual buku, buat apa repot-repot membentuk koordinator, titipkan saja ke toko buku, selesai.”
Pesan terakhir dari serangkaian Dawuh Dawuh Kyai Dahlan yang dibacakan adalah agar guru al-Qur’an sering tadarus, ikhlas, dan hati-hati dalam mengajar al-Qur’an.
Sistem pengajaran Qiroati dilakukan dengan membentuk korcab pada setiap daerah. Pembentukan korcab Qiroati bertujuan untuk koordinasi dan kontrol terpadu pembelajaran Qiroati. Pusatnya di Semarang. Sehingga, untuk buku pegangan tidak dijual bebas di toko buku, tapi hanya dapat diperoleh pada TPQ penyelenggara.
Salah satu agenda musyawarah pada acara MMQ tersebut adalah persiapan korcab Qiroati DIY untuk mengikutsertakan anak didik pada festival Qiroati di Bali, Desember 2016 mendatang. Festival Qiroati berisi berbagai lomba, antara lain lomba tartil Qur’an, tahfizh Qur’an, dan cerdas cermat Qur’an.
Acara MMQ di MI Sultan Agung juga melibatkan para orangtua siswa yang tergabung dalam komite sekolah. Di sini terjadi sinergi antara pihak sekolah dengan orangtua. Diharapkan, dengan melibatkan orangtua siswa, maka mereka menjadi tahu tentang metode Qiroati.
Salah seorang wali siswa mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih tahu perbedaan metode Qiroati dengan metode lain saat menyaksikan para ustadz dan ustadzah membaca al-Qur’an.* Nurul Astuti, pegiat komunitas PENA Yogyakarta.